[ TBP - 25 ]

14K 1.6K 277
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ Him - 25 ]

NORMAL POV





"Boleh masuk nggak?"

Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Salwa. Manik matanya mengerjap beberapa kali. Berapa menit bagi dirinya untuk menerima dan mengelola informasi di otaknya. Ia masih terkejut atas kedatangan pria yang tak Salwa bayangkan sebelumnya. Sungguh? Riffat masih memegang janjinya? Benarkah?

"Salwa, kamu ngelamun lagi?" Salwa menggeleng, ia mengambil bunga pemberian Riffat. Tangannya terulur menyentuh pipi pemuda itu. Ia bahkan berjinjit untuk menyamakan tinggi keduanya. Mencubit dan memainkan pipi kenyal tersebut. Riffat melingkarkan tangannya di pinggang Salwa. Membantu gadis itu meraih dirinya.

"Nggak mimpi, kan?"

Satu tangan Riffat terangkat, mencubit pipi Salwa. Gadis itu meringis. Ia menunduk dan berbisik.

"Jadi, kamu nggak mimpi kan?"

Salwa bergidik nada rendah yang berat dari suara Riffat telah berubah. Membuatnya terperangkap dalam pesona pemuda tersebut. Ia bersumpah! Rambut Riffat yang biasanya menutupi dahinya kini nampak klimis dan tertata rapih.

"Salwa, tamunya diajak masuk. Nanti ngundang gosip tetangga," peringat Arga. Kakaknya kembali masuk ke dalam rumah. Salwa menepuk dahinya. Mengapa dirinya sampai terlupa bahwa mereka masih berada di depan pintu?

Ia mempersilahkan Riffat untuk duduk disofa. Pria itu memandangnya lekat. Salwa benar-benar tak mempercayai apa yang ia lihat. Salwa ingin berteriak protes pada pemuda itu!

"Kamu mau langsung dilamar atau mau balik pdkt? Aku nggak yakin sama hati kamu masih untuk aku, Salwa. Tapi, hati dan perasaanku nggak pernah berubah sejak dulu."

Tidak ada wanita manapun yang tak berdesir mendengar kalimat barusan! Salwa ingin meleleh saja rasanya. Mantannya semakin tampan, sedangkan dirinya tak ada perkembangan spesifik.

"Aku.." Ucapan Salwa menggantung di udara. Riffat menaikkan alisnya penasaran.
Ia menunduk dan tertawa mendapati reaksi gelalapan dari Salwa. Mengapa gadisnya nampak malu dan gugup seolah maling yang tertangkap basah?

"Aku megang perusahaannya Abi. Jadi, nggak perlu khawatir soal nafkah kamu."

Ini yang menarik dari sisi Riffat. Pemuda tampan itu memang cukup alim. Sedikit, meski dirinya masih berpacaran.

"Kalau kamu udah ada pria lain. Boleh nggak Aku ijin mengambil apa yang seharusnya milikku?"

Sudah cukup! Salwa tak kuat. Pertahanannya runtuh. Baginya yang jarang berinteraksi dengan pemuda, baginya wanita yang tak pernah berpacaran setelah Riffat diperlakukan seperti sekarang membuatnya luluh.

"Kamu kenal aku, kan? Aku bukan tipe pengekang. Sayangnya, aku nggak bisa menoleransi rasa cemburu."

Tentu! Tentu Salwa tahu. Riffat selalu membebaskannya dalam berekspresi, pengalaman terbaik berpacaran dengan Riffat sangat berkesan di hidup Salwa. Ia memang pria pencemburu. Untuk hal sekecil apa pun.

"Aku belum siap nikah.."

"Aku bersedia nunggu selama kamu ngasih kepastian."

"Udah ngasih tahu umi?"

Riffat mengangguk kecil. Ia menautkan jemarinya. Memajukan wajah hingga hampir tak ada jarak bagi dirinya dan Salwa. Salwa menegang, ia mengedipkan mata.

"Umi yang pertama aku kasih tahu sebelum kesini."

Aroma mint dari bibir Riffat tercium. Salwa mendorong pemuda itu menjauh. Bisa mati dirinya berdekatan dalam jarak sedekat ini!

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang