[ TBP - 05 ]

21.5K 2.2K 139
                                    

THE BILLIONAIRE'S PRINCE -

[ PARTY - 04 ]

NORMAL POV

"Ferran, laki-laki tidak perlu tersenyum. Kamu harus tangguh."

Senyum Ferran memudar, ia menggigit bibir dalamnya menahan tangis yang hendak pecah. Ucapan seseorang di sebelahnya membuat ia terdiam patuh.

"Kalau mau jadi laki-laki yang kuat, Ferran nggak boleh ngeluh sakit," lanjut pria itu. Ferran masih berusia delapan tahun. Otaknya masih sulit merangkai maksud dari perkataan Kakeknya. Ia berusaha menarik tangan ketika Kakeknya menyodorkan suntik.

"Siapa nama panjang, kamu?"

"Ferran Widjaya Pratama," jawabnya memicingkan mata. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Rasa takut, cemas dan gelisah memuncak dalam diri Ferran.

"Siapa Widjaya Pratama?"

"Shh, Kakek." Ferran meringis, begitu ujung jarum suntik menembus permukaan kulitnya.

"Kamu harus kuat, Ferran. Kamu penerus keluarga."

Pandangan Ferran mengabur, Ia tak mampu berkonsentrasi. Bahkan tak mendengar dengan baik ucapan Kakeknya. Detik berikutnya, semua terasa gelap dan anak kecil tersebut kehilangan kesadaran.

- oOo -

Sinar mentari pagi menembus kaca salah satu mansion terbesar di kota Jakarta. Suara dering dari alarm mengganggu tidur lelap seorang pria. Ia terulur, meraih jam weaker miliknya. Saat hendak melemparnya, ia menyadari satu hal dan terbelalak.

"Shit. Jangan lempar!" ucapnya, memeluk erat benda persegi empat tersebut.

Itu adalah benda limited yang dihadiahkan untuknya dari Christian Ronaldo. Satu-satunya, jika ia merusak benda itu maka sebagian hidupnya akan lenyap. Ia bangkit dari tempatnya tidur.

Ferran melangkahkan kaki menarik tali tirai kamarnya agar terbuka. Mulut Ferran tercengang, mendapati besi penyangga melindungi kacanya.

"PAAPAAAAAH!!!!"

Kalau jendela kamarnya di pasangi jeruji besi, bagaimana dirinya bisa pulang saat tengah malam lagi? Ia mengumpat lalu menggertakkan rahangnya.

Ferran telah selesai membersihkan diri. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Tersenyum dengan berbagai jenis pose.

"Ya Allah, gue nafas aja udah mancarin aura kegantengan luar biasa," pujinya pada diri sendiri. Ia mengambil parfum, menyemprotkan cairan tersebut di berbagai titik tubuhnya. Serta tak melupakan area selangkangan. Ia memenuhi bagian tersebut dengan parfum. Kenapa? Siapa tahu saja ia menerima service bagian bawah. Untuk membuat setiap wanita mabuk kepayang karena aroma tajamnya. Ferran tertawa laknat di dalam hati. Ia meletakkan kembali botol parfum ke tempatnya semula.

Meskipun sebelumnya botol tersebut masih terisi sepenuhnya. Kini hampir tak bersisa setelah ia gunakan. Tenang saja, Ferran memiliki satu lemari botol parfum dengan aroma yang sama tentunya. Jangan tanyakan sekuat apa aroma seorang Ferran. Ia mendesain campuran parfumnya sendiri. Aroma citrus berpadu dengan lembutnya kayu jati. Ya, aroma dirinya se-maskulin itu.

Ia menekan knop pintu, mengeryit menemukan puluhan pengawal keluarganya bersusun dan berdiri tepat di depan kamarnya.

"Mau tawuran dimana nih, Bro?" tanya Ferran.

"Den Ferran tidak apa-apa?"

"Lihat Gue sehat walafiat begini masih ditanyain. Lo mau gue sekarat ya?"

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang