-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -
[ MANTU? - 49 ]NORMAL POV
Ferran menggenggam erat jemari Salwa di sepanjang koridor setiap lantai kantornya. Tentu mengundang bisik-bising karyawan tentang hubungan intim keduanya. Yang dapat dipastikan bahwa Salwa berhasil menggoda atasan mereka.
Salwa tersenyum canggung. Berusaha melepaskan genggaman tangan Ferran cukup berakibat fatal karena pemuda itu justru menggenggamnya lebih erat.
MEMALUKAN!
"Pak Ferran, tolong lepas," pintanya dengan mata memencar membalas senyuman para Karyawan.
"Lepas aja, saya cium kamu disini." Ancaman Ferran tentu bukan isapan jempol semata. Pria itu benar-benar akan melakukannya.
Bagi Ferran, mendeklarasikan kepemilikannya haruslah dilakukan dengan tegas tanpa ragu-ragu layaknya kemarin. Lagipula, bukankah keinginan Salwa adalah memiliki dirinya sepenuhnya tanpa diganggu gugat orang lain?
"Nurul, mulai sekarang meja Salwa di dalam ruangan saya." Salwa mengumpat, ia sengaja mencubit lengan Ferran yang melingkar sempurna di pinggangnya.
"Baik, Pak." Salwa menatap Nurul memohon, harapannya cuma Nurul. Namun, gadis itu juga tunduk dan patuh pada atasannya.
"PAK FERRAN NGGAK PERLU BERLEBIHAN GINI BISA?" teriak Salwa ketika mereka telah memasuki ruang kerja Ferran. Toh, mau berteriak sekeras apapun ruangan ini didesain kedap suara untuk memimalisir kebocoran data penting perusahaan.
"Apa yang berlebihan?" Ferran menaikkan dagunya menantang Salwa. Ia duduk di singgasana miliknya. Sedangkan gadisnya berdiri tepat di depan meja.
"Bapak ngebuat saya nggak nyaman di kantor." Ferran mengangguk paham, wajahnya nampak santai.
Sabar mengepalkan tangan. Jika, bukan atasannya ia mungkin akan melayangkan pukulan diwajah tampan pemuda tersebut. Brengsek! Ia menggebu-gebu, si Ferran justru santai. Ciri khas rakyat Indonesia sekali dirinya.
"Ya, gampang, nggak nyaman kamu bisa ngundurin diri dari perusahaan. Tinggal ngurus rumah tangga kita, Sayang." Ferran mengedipkan kelopak mata kanannya.
"Nggak lucu, saya lagi nggak bercanda." Salwa mendengus, Ferran mengedikkan bahu memikirkan sesuatu.
"Emang saya keliatan bercanda? Hm? Kamu.." Ferran menunjuk Salwa dengan jarinya.
"Kamu milik saya, saya nggak akan ngebiarin orang lain nyentuh kamu." Amarah Salwa berangsur-angsur lenyap.
Telinga dan alisnya memerah menahan malu atas ucapan Ferran. Gila, jantungnya nyaris meloncat keluar. Perutnya tergelitik merasa senang.
"Udah duduk aja di sofa. Nggak perlu ngerjain apapun. Kamu disini buat nyemangatin saya kerja." Ferran memutari meja, menuntun Salwa duduk di sofa.
Cup.
Sebelum berlalu, Ferran menunduk mengecup pucuk kepala Salwa. Salwa terpaku, bergeming ditempatnya. Hatinya menjerit, diperlakukan seperti tadi wanita mana yang tidak baper?
"Kalau natap saya terus-terusan kayak itu bisa-bisa saya ngarungin kamu langsung ke KUA loh," tegur Ferran, matanya masih fokus pada berkas, sedang jari jempolnya membuka lembar demi lembar berkas tersebut.
MENGAPA FERRAN TAHU BAHWA SALWA TENGAH MENATAPNYA?
Demi apapun, Ferran menggunakan kacamata, wajahnya begitu serius dan kemeja yang dilipat sampai sebatas siku sangat maskulin! Tak ada Ferran konyol, Ferran dewasa dan berwibawa nampak sangat menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]
RomanceFerran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya sulit merasakan kembali jatuh cinta hingga kadang kala melakukan one night stand demi memuaskan nafsu...