[ TBP - 32 ]

12.3K 1.5K 629
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ HATE - 32 ]


NORMAL POV

Pria itu melangkah menghampiri kedua insan yang berdiri di depan pintu. Ferran berdesis, otaknya memikirkan hal lain. Tepat ketika ia menemukan solusinya, bibir pemuda tersebut mengukir senyum menyeringai.

Ferran menunduk, berbisik di telinga Salwa.

"Pulang bersama saya. Coba saja tolak, saya akan membeberkan malam panas kita sama dia," ancamnya pelan, Salwa bergidik merasakan hembusan nafas Ferran.

Salwa tercekat membatu di tempatnya. Sedangkan jarak antara dirinya dan Riffat semakin dekat. Mengapa otaknya tak bisa berpikir? Bagaimana jika Ferran benar-benar memberitahu Riffat? Lagi pula, kenapa Ferran tiba-tiba bertindak seperti ini?

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," balas Salwa, Ferran hanya menjawab salam tersebut di benaknya. Ia mendengkus, jadi firasat buruknya tentang Riffat ternyata karena Salwa? Brengsek! Katakan kenapa dirinya harus terjebak disituasi gila sekarang?

Baiklah, Riffat jual maka Ferran akan membelinya. Mulai detik ini, dirinya mendeklarasikan perang memperebutkan seorang putri. Haruskah ia mengutuk Dion? Karena perkataan pria itu dunianya berjalan sesuai keinginan Dion!

"Udah pulang, kan?" tanya Riffat, pandangan pemuda yang dijatuhkan untuk Salwa mengganggu Ferran. Tatapan memuja Salwa!

"Belum."

Salwa mendongkak, bukan dirinya yang mengucapkan hal tersebut. Tapi, Ferran. Ia menggigit bibir bawahnya.

"K-kak Riffat, maaf, ya. Salwa masih ada kerjaan. Harus bareng Pak Ferran dulu." Rasa bersalah melingkupi hati Salwa. Karena, setelah satu kebohongan akan ada kebohongan lain untuk menutupinya.

Ferran tersenyum remeh. Kemenangan mutlak, 1-0. Diam-diam dirinya menyoraki keberhasilannya.

"Ya udah, Kakak paham. Nanti malem Kakak ke rumah kamu. Jangan lupa telpon aku, ya."

Rumah? Telepon? Tarik kembali ucapan tentang dirinya mendapat kemenangan mutlak. Rahang Ferran mengeras, seberapa jauh hubungan keduanya? Sial, kenapa udara disekitarnya terasa sangat panas? Ah, tangannya gatal sekali ingin melayangkan bogeman mentah di pipi pemuda ini.

"Nggak usah pakai pegangan tangan juga kali." Ferran menepis tangan Riffat yang mencoba meraih pergelangan Salwa.
Ia menarik Salwa, bersembunyi di balik punggungnya yang lebar.

Ferran menyorot tajam Riffat. Pria itu membalas tatapannya tanpa keraguan.
Saingan memperjuangkan perusahaan, saingan satu perempuan yang sama.
Tidak ada di kamus Ferran untuk mengalah kali ini, Kaisar akan memiliki segalanya. Apapun.

"Saya akan mengantar Salwa pulang. Anda silakan pulang sendiri Mr. Riffat," usul Ferran. Riffat menggedikkan bahu, Ia mengukir senyum tipis.

"Tolong jaga kekasih saya, Mr. Ferran." Tangan Ferran mengepal kuat. Tahan Ferran, dirinya harus bersabar. Kalau Riffat tak segera meninggalkan keduanya. Wajah pemuda itu mungkin sudah jadi samsak pribadi Ferran.

"Dia siapa kamu sih?" desak Ferran.

"Saya sudah berjanji sama Bapak, nggak ngebahas pria manapun dengan Bapak, kan?"

Skakmat! Bisakah Ferran memutar waktu? Menyesal sekali dirinya mengucapkan hal tersebut. Yang kini malah berdampak boomerang padanya.
Salwa berhenti melangkahkan kaki, Ferran mencekal dirinya. Wajah atasannya pias, sedang memelas.

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang