THE BILLIONAIRE'S PRINCE -
[ Bad Habit - 06 ]
NORMAL POV
Ferran mencoba terlihat tetap tenang, meskipun dalam dirinya berteriak bahagia ketika menjadi tontonan gadis-gadis sekitarnya. Ia bangga jika dirinya merupakan pusat perhatian. Ferran menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan. Ia kemudian menarik kursi di salah satu nomor meja.
"Dion, lo pesen ya. Gue apa aja deh. Pesen sebebas kalian," ujar Ferran. Leonard mengalihkan fokus nya pada setiap peserta dari pemilihan remaja cantik. Ia berdecak kesal.
"Kenapa? Nggak ada yang virgin, ya?" tanya Ferran menebak jalan pikiran sahabatnya. Ia menaik-naikkan alis menggoda Leonard.
Leonard menggedikkan bahu, ia memang tahu persis bagaimana bentuk tubuh gadis dan wanita. Ada perbedaan jelas antara mereka. Sialan, artinya ia harus bermain dengan Liora. Sejujurnya, terkadang ia bosan bermain dengan kekasihnya.
"Yakin nggak lo bisa tidurin salah satu dari mereka?" tandas Dion pada Ferran, ada sekitar dua puluh kontestan.
"Bisa lah, gue juga lagi pengen berkembang biak nih. Soalnya Della lagi pms," tukasnya santai, tanpa mengalihkan fokus sedikitpun dari para peserta. Tangannya sudah gatal ingin bermain di setiap jengkal tubuh wanita.
"Yang nomer 17 enak tuh. Bodynya montok." Ferran menggigit ujung bibirnya.
Steve menggangguk tanda setuju. Menurutnya, Ferran memilih perempuan yang tepat.
"Lo serius sama Della? Tumben banget pacaran lebih dari seminggu."
Ferran menoleh pada Cleo yang duduk di sisi kanan. Ia tersenyum menyeringai, mengeluarkan bungkus rokok dari saku celana yang Ia gunakan.
"Nggak tahu. Della masih bisa puasin gue. Sayang ngelewatin cewek macem dia," tutur Ferran santai.
Cleo tak menanggapi lagi ucapan Ferran. Menurutnya, itu wajar. Sebab, Della memiliki wajah rupawan dan senyumnya begitu manis. Bahkan Della masuk ke dalam jajaran siswi tercantik di SMA mereka. Bagi mereka semua, pacar hanyalah pengisi status. Sedangkan wanita cantik adalah pemuas fantasy sex mereka.
Diantara Cleo, Ferran dan Leonard. Ferran yang paling barbar didunia bercinta. Pasalnya, ia tak ada kriteria khusus seperti Leonard yang hanya menginginkan gadis. Bagi Ferran, wanita itu objeknya. Jadi, bagaimanapun bentuk mereka, selama dapat memuaskan hastratnya. Ia akan meniduri wanita tersebut. Parahnya, Ferran mungkin sudah meniduri wanita tiga kali lipat lebih banyak dari Leonard. Ah, Steve? Ia masih mengejar-ngejar satu gadis yang membuat hatinya bergemuruh. Steve juga sudah mengklaim diri sebagai kekasih gadis tersebut.
"Gue kebelakang bentar," pamit Ferran.
"Ngapain?" tanya Dion.
"Tuh." Ferran menunjuk peserta sebelumnya dengan dagu. Matanya tersenyum nakal.
"I wanna fuck her so bad," ucap Ferran kini mengukir senyum menyeringai.
- oOo -
"Salwa?"
Salwa yang menunduk, kini mendongkak perlahan. Tatapanya lurus jauh ke retina pria di hadapannya. Ia ingin meneriakkan kata tak terima pada keputusan kekasihnya. Tapi, ia tak punya nyali sebesar itu. Yang lebih penting, ia menyadari posisinya hanya seorang kekasih.
"Jadi, Kak Riffat diterima?" tanya Salwa.
"Iya, sebenernya masuk kuliahnya masih cukup lama. Cuma aku harus beradaptasi dengan lingkungan."
Salwa mengangguk paham. Ia menghela nafas panjang. Kemudian meraih gelas dan meminum isi gelas hingga tak bersisa.
"Jadi, Kak Riffat ngajak kesini buat bilang putus? Iya Kak?"
Riffat tersenyum tipis, nyaris tak terlihat sebagai lengkungan di bibirnya.
"Bisa nungguin aku, sampai Aku pulang dan sukses? Setelah dari London, Aku janji akan lamar kamu. Tahu kan aku nggak pernah langgar janji?"
Salwa tahu, Salwa lah yang paling mengenal Riffat. Bisa dibilang, Riffat definisi pria setia yang kemungkinan takkan pernah ia temukan lagi, dimanapun.
"Terus gimana sama hatiku? Aku nggak bisa ngejamin perasaanku, Kak Riffat. Gimana kalau aku akhirnya jatuh cinta sama orang lain? Gimana kalau Kakak nemuin orang yang terbaik di sana?"
"Aku belum pernah jatuh hati selain sama kamu, Salwa."
Salwa mengusap kasar air mata yang mengalir di pipinya dengan punggung tangan. Ia sudah berusaha menahannya, namun rasa sesak tak mampu lagi Ia bendung. Sanggupkah ia menanti?
- oOo -
Ferran menguap, kelopak matanya menyipit lalu beberapa detik setelahnya membola sempurna. Ia menghela nafas panjang. Menyadari dirinya bukan berada di apartemen ataupun kediaman keluarganya. Ia menyadarkan punggungnya di kepala tempat tidur. Meraih bungkus rokok dimeja nakas hotel.
Mengapit batang rokok dengan giginya, membakar ujung rokok tersebut. Setelah mengeluarkan asap, ia menutup bibirnya. Hingga rasa manis menyebar di pinggir bibir pria itu. Ia menyesap lalu menghembuskan nafas.
Pernah mendengar istilah 'cigaratters after sex'? Demi apapun, Ferran bersumpah bagi dirinya sesuatu paling nikmat setelah bercinta adalah menghisap batang rokok. Perasaan itu membawanya jauh ke nirwana. Merasa melayang dan seolah berhasil memuaskan dahaga setelah dehidrasi parah, oasis.
"Ferran?" Wanita disebelahnya terbangun, Ferran menoleh, tersenyum membentuk lesung pipit di pipinya.
"Thankyou, lo bener-bener enak." Tidakkah bahasa Ferran begitu ambigu untuk diartikan? Persetan, ia memang menikmati wanita itu. Entah, dirinya bahkan melupakan nama setelah sedetik perkenalan mereka.
"Btw, pembayarannya via apa nih?" tanya Ferran.
Wanita itu memiringkan kepalanya pertanda dilanda kebingungan.
"Bukannya kamu nganggep aku pacar, ya?"
"Oh itu, soalnya tadi udah kepalang horny jadi ngomong aneh-aneh. Maaf, nggak sengaja. Gue juga udah punya pacar. Jadi, berapa harga lo?"
Gadis itu mencoba mendudukkan diri, namun meringis ketika bagian bawah tubuhnya terasa sakit. Tidak, bukan hanya bawahannya yang sakit, tapi hatinya ikut tersakiti atas perkataan pria tampan dihadapannya.
Perlakuan manis Ferran apakah hanya sebatas untuk melakukan hubungan ranjang? Ferran bertindak seolah ia begitu tertarik pada dirinya.
"Udah ya? Gue mau balik."
Ferran bangkit dan turun dari tempat tidur, tubuhnya belum menggunakan sehelai kain apapun. Ia memungut celana jins hitamnya.
Setelah berpakaian, meninggalkan gadis tersebut tanpa mengucapkan kata apapun. Ah, tentunya menyimpan check kosong di meja. Ia memang selalu mempersiapkan kertas itu. Takut jika Ia membutuhkan sewaktu-waktu seperti saat ini.
T.B.C
Hope u enjoy this storyyy!!!!
Sayangnya Ferran nggak ketemu Salwa😂
Spam komen for next up!!?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]
RomansaFerran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya sulit merasakan kembali jatuh cinta hingga kadang kala melakukan one night stand demi memuaskan nafsu...