-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -
[ MAD - 24 ]NORMAL POV
Salwa merapikan rambutnya. Ia mengikat rambut hingga leher jenjangnya yang mulus terlihat. Tanpa sadar, dirinya menggoda pasang mata kaum adam memandang gadis tersebut.
Salwa menggunakan tempat bedaknya sebagai kaca. Menjepit poninya yang mengganggu. Salwa menoleh ketika seseorang mencolek pundaknya.
"Kamu mau makan siang di depan?" tanya Nurul. Salwa tersenyum tipis, mengangguk menjawab pertanyaan Nurul. Ia merapikan berkas, menepuk-nepuk sisi kertas tersebut agar rapih. Meletakkannya di atas kumpulan berkas lain.
"Mau berdua nggak?"
"Boleh, Bu!" Salwa memekik semangat. Ini pertama kalinya dia diajak oleh sekertaris cantik tersebut. Karyawan di kantor Ferran memang jarang sekali makan di kantin. Sama seperti perusahaan besar lainnya, di kantin harga makanan dipatok dengan harga yang tinggi.
Es teh di warung depan seharga tiga ribu, sedangkan 'ice tea' di kantin kantor seharga tiga ratus ribu. Meski gaji mereka tinggi, tetaplah menyayangkan diri membuang-buang uang untuk makan dikantin. Mereka tahu, kualitas bahan yang digunakan memang baik, juga koki ternama. Tapi, menghabis-habiskan uang sama saja mencekik mereka.
"Misi, Kak."
Nurul dan Salwa mendongkak, ada seorang perempuan berpenampilan luar biasa dihadapan mereka. Gaun pendek yang membalut tubuhnya, wajah cantik bak seseorang berdarah campur tersenyum pada keduanya. Salwa bisa menebak bahwa dirinya jauh lebih tua. Tapi, tinggi mereka terdapat perbedaan jauh saat ia sedang berdiri. Demi apa, Salwa iri.
"Ada yang bisa saya bantu?" Itu pertanyaan dari Nurul. Nurul memang terbiasa menerima tamu dibanding Salwa.
"Di dalam ada Kak Ferran, kan? Aku udah buat janji mau ketemu."
"Janji di jam makan siang?"
"Iya, Kak. Aku juga udah bilang aku udah nyampe di kantornya. Aku ijin masuk ya."
"Saya tidak perlu menghubungi Pak Ferran?"
Perempuan manis tersebut menggeleng. Lalu, masuk keruangan kerja Ferran tanpa mengetuk pintu. Salwa dan Nurul berbagi pandang satu sama lain.
Tumben sekali Ferran menerima tamu di jam makan siang. Hampir semua karyawan tahu. Ferran lebih suka jam makan siangnya menjadi waktu 'Me Time'.
Salwa tersenyum penuh arti. Faktanya, Ferran seorang pedofil? Namun, Salwa mengakui selera pria itu bagus juga.
- oOo -
Ferran menyambut kedatangan Alea. Ia menghambur diri memeluk dan merengkuh perempuan tersebut.
Mengambil paper bag di tangan Alea. Ferran menyusun kotak bekal, meminta Alea duduk di sebelahnya.
"Udah baikan?" tanya Ferran, ia mencomot telur gulung. Mengunyah hingga hancur dan menelannya. Ia mengangguk, rasa makanannya sangat nikmat memuaskan cacing-cacing yang sudah berdemo diperutnya.
"Udah," balas Alea. Ia menyendok nasi dan sup ke mulutnya.
Ferran membersihkan sisa makanan dibibir Alea. Ia terulur mengusak rambut perempuan di hadapannya. Entah mengapa, setiap melihat Alea, memorinya tentang Della selalu terputar tanpa henti. Rasa bersalah, rasa ingin melindungi, rasa ingin menjaga berbaur menjadi satu.
"Kakak ada waktu nanti sore?"
"Kakak bisa ngosongin waktu untuk kamu Alea," tutur Ferran. Netra hitamnya tak lepas dari Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]
RomanceFerran Widjaya Pratama, dia pria beragam warna, mudah terseyum, humoris dan penuh perhatian. Terjebak dalam dunia masa lalu yang kelam, membuatnya sulit merasakan kembali jatuh cinta hingga kadang kala melakukan one night stand demi memuaskan nafsu...