[ TBP - 28 ]

13K 1.6K 198
                                    

-THE BILLIONAIRE'S PRINCE -


[ RIVAL - 28 ]

NORMAL POV




Ruangan yang paling luas diantara ruangan lainnya, fasilitas terlengkap, bahkan ada ruangan khusus untuk beristirahat merebahkan tubuh. Pemanas ruangan saat dingin, pendingin ruangan saat cuaca panas.

"Pak, ini udah bener belum sih?!" Tangan kecil tersebut sibuk memindahkan kertas satu persatu. Kepalanya pening, pelipisnya penuh keringat, bibirnya tak berhenti menggumamkan sesuatu.

Kepastiannya adalah ia merasa semua pekerjaannya kacau. Atasannya tersenyum maklum. Ia menghampiri asistennya. Duduk tepat di sebelah asisten tersebut. Hampir tak ada jarak berarti yang memisahkan keduanya.

"Kamu tandain aja, yang tulisannya pembaharuan data simpen di map merah. Lho kok hasil di simpen di hijau? Ini untuk map kuning. Sama satu lagi..."

Salwa, asisten itu menatap atasannya. Menyadari bahwa dirinya tak di perhatikan. Ferran menoleh, netranya menubruk retina Salwa. Waktu seolah terhenti, keduanya saling beradu pandang tanpa berniat berkedip atau menyudahi kegiatan tersebut.

Kriett..

Suara derit pintu memecah atmosfer yang tercipta, baik Ferran maupun Salwa sama-sama menjauh. Ferran bangkit, dirinya memutari sofa.

"Alea, kamu dateng nggak bilang-bilang sama Kakak?" tanya Ferran, raut wajah pria itu nampak senang walau dilanda keterkejutan.

Mengapa dirinya merasa seperti kekasih yang tertangkap basah selingkuh?

"Kakak sibuk, ya?" balas Alea dengan pertanyaan lagi. Ia memajukan bibirnya beberapa senti seolah tengah protes.

Ferran menggeleng pelan, lekas menuntun Alea duduk di kursi kerjanya.

"Kakak nggak sibuk, Salwa tolong selesaikan diluar sama Nurul kerjaan kamu."

Salwa mengangguk paham, dirinya tersenyum penuh arti seolah menggoda Ferran.

"Pedo," ucapnya tanpa suara. Namun, Ferran tahu jelas maksud satu kata yang dilontarkan Salwa. Ia berdesis ingin menakuti bawahannya tersebut.

Salwa menjulurkan lidah, segera menyusun kertas menjadi tumpukan. Lalu, meninggalkan ruangan Ferran tanpa berpamitan.

Ferran tertawa kecil, matanya tak lepas dari punggung Salwa. Sial, kenapa dirinya ingin merengkuh tubuh gadis tersebut? Gila! Ferran menggeleng.

Fokusnya kini pada Alea yang duduk sembari memutar-mutar kursi ke kanan dan ke kiri. Ia masih cemberut.

"Kamu mau jalan sama Kakak?"

"Kakak suka ya sama bawahan Kakak yang tadi?" tanya Alea. Ia memicingkan mata. Ferran menunduk, mengusap tengkuknya dengan telapak tangan.

Benarkah dirinya menyukai Salwa? Apa begitu jelas? Atau hanya rasa penasaran saja pada gadis itu? Ah, Ferran tak ingin memusingkannya.

"Nggak mungkin lah, dia bukan tipe Kakak," tampik Ferran.

Alea bergumam, sengaja menggoda Ferran. Sepertinya, Ferran sangat menarik ketika salah tingkah.

- oOo -

"Salwa, kamu udah denger kalau pihak Bakti Husada mau ngadain pemutusan kontrak?"

Salwa menoleh, wajahnya tergurat penuh tanda tanya. Ia tak paham, apa itu Bakti Husada? Dan apa maksud dari pemutusan kontrak?

"Bakti Husada, perusahaan investor terbesar di Jakarta. Mereka paling banyak tanam saham. Tapi, sejak Pak Ferran ngebuat projek Tiga Aliansi Perusahaan, mereka kecewa. Makanya mutusin kontrak kerja sama."

THE BILLIONAIRE'S PRINCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang