Game 2/2 (Felix & Changbin)

2.6K 220 293
                                    

Felix dengan tangan mengepal menghampiri Changbin yang sedang bersama Yeonjun  di meja tak jauh darinya. Nafasnya memburu, ingin segera meneriaki kekasih juga musuhnya itu.

"Jadi gini ya kerjaan lo selama ini? Selingkuh dibelakang gue?!" Felix dengan suara dalamnya mengehentikan percakapan antara Changbin dan Yeonjun. Keduanya memandang Felix aneh.

"Siapa yang selingkuh?", Changbin benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakan Felix, dan ia begitu kaget karena pemuda itu akhirnya menemuinya.

"Halah! Pura-pura bego lagi! Ini lo berduaan sama dia, namanya apa kalo bukan selingkuh?", Rasanya ingin sekali Changbin tertawa mendengar tuduhan Felix. Pemuda itu tersenyum kecut.

"Yeonjun itu sahabat gue, dan emang apa urusannya sama lo? Suka-suka gue mau berduaan sama siapapun", Felix membisu ketika mendengar suara Changbin yang begitu datar, selama mereka berpacaran baru kali ini Changbin bersikap dingin padanya. Dan itu membuat Felix makin marah.

"Lo itu pacar gue! Selama seminggu lo ngilang, nggak ngasih kabar ke gue dan ini yang lakuin sekarang?!! Hebat banget!", Yeonjun hanya memperhatikan dalam diam, ia akan bicara ketika saatnya.

"Pardon? Gue nggak ngasih kabar? Emangnya, kalo gue ngechat lo, gue kerumah lo, bakal lo anggep kehadiran gue? Emang lo bakal dengerin apa yang gue bilang? Enggak kan?!", Changbin memang mencoba untuk tidak peduli akan pemuda itu, ia ingin lihat apakah kekasihnya itu masih membutuhkannya. Dan, kenyataannya Felix tak peduli dan Changbin cukup tahu diri. Dirinya tidak jauh lebih penting dari game konyol kesayangan Felix itu.

"Nggak usah sok nyari-nyari kesalahan gue! Lo kalo selingkuh ngaku aja! Kapan emang gue pernah gak peduli sama lo?!", Felix tetap pada pendiriannya, menurut nya ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Ah..... Gak pernah? Oke, gue emang salah. Salah karena gue udah capek-capek peduli sama lo, ngingetin lo makan, khawatir sama kesehatan lo. Salah banget gue masih perhatian ke orang yang bahkan gak nganggep gue ada. Mending kita udahan aja, gue gak mau di duain sama game", Changbin meraih kasar tas nya, ia ingin segera pergi dari hadapan orang egois ini sebelum pertahanan nya runtuh. Namun, perkataan Felix mampu membuat Changbin mengurungkan niatnya.

"Oh, jadi gara-gara game? Cuma gara-gara itu lo selingkuh dari gue?! Lo nggak ada hak buat larang-larang gue, jadi suka-suka gue dong mau main game apa enggak! Ini hidup gue, bukan urusan lo!", Changbin tertawa sarkas mendengar perkataan Felix.

"Cuma?! Oke, terserah lo. Lo emang bener kok, gue aja yang goblok karena khawatir ke lo. Dan juga, lo gak ada hak buat ngelarang gue deket-deket Yeonjun", Changbin tidak peduli dengan dirinya yang kini jadi tontonan gratis, ia paham betul akan sikap egois dan keras yang dimiliki oleh mantan kekasihnya ini.

"Tentu aja gue berhak! Gue pacar lo!",

"Kita udah putus!", Setelah mengatakan hal tersebut, Changbin benar-benar pergi dengan perasaan sakit. Tidak ia sangka hubungan nya berakhir karena game.

Mendengar perkataan Changbin itu seakan menampar Felix, selama mereka menjalin hubungan, Changbin tidak akan pernah mengancam dengan meminta putus dengannya. Dan ini pertama kalinya Changbin berbicara seperti itu, dan Felix membenci itu.

Ia menatap punggung Changbin yang menjauh dengan tatapan kosong, kakinya bahkan sulit bergerak untuk sekedar mengajar agar pemuda itu tidak pergi.

"Lo salah besar, gue nggak nyangka lo seegois ini", suara Yeonjun menyadarkan nya, pria yang lebih tua darinya itu menatap datar padanya.

"Lo nggak tau se-khawatir apa Changbin waktu dia denger lo jarang makan, jarang tidur. Dia bahkan rela bawain lo makanan, dan malah seenaknya aja lo buang. Lo nggak tau sesulit apa dia buat gak peduli sama lo, dia ngejauhin lo karena ngerasa nggak pantes. Changbin gak pernah ngelarang lo buat main game, dia malah membebaskan lo. Tapi sekarang lo malah nyalahin dia, seolah-olah lo emang ngakuin kalo dia itu gak penting buat lo. Jangan egois bro! Dapetin orang se-pengertian dia itu susah", Yeonjun menepuk pundak Felix, ia lalu beranjak pergi meninggalkan pemuda yang masih termenung sambil mengintropeksi dirinya itu.

🐰

'tit' 'tit' 'tit'

Felix menekan password flat Changbin, ia bersyukur ternyata kekasihnya itu tidak mengganti password nya.

Ia membuka pintu itu perlahan, keadaan ruangan itu gelap. Hanya ada satu sumber cahaya yang berasal dari telivisi. Felix pun menutup pintu itu kembali dengan pelan.

Felix tersenyum tipis kala ia mendapati sosok yang begitu ia sayangi itu tengah duduk di sofa. Membelakanginya, mungkin pemuda itu masih belum sadar akan kehadirannya.

Felix berjalan pelan, ia lalu segera menarik tangan pemuda itu.

Felix yang kaget karena tiba-tiba seseorang menariknya itu hendak berteriak, namun ia hapal betul siapa pemilik kulit tangan juga bentuk tangan yang sedang menggenggam tangannya itu. Changbin terdiam.

Felix membawanya ke kamar Changbin, ia lalu berbaring di atas ranjang Changbin dengan membawa Changbin berbaring di sampingnya. Tanpa banyak bicara ia langsung memeluk kekasihnya itu. Changbin tentu saja kaget, namun ia tak menolak. Karena ia sejujurnya merindukan Felix.

"Ngapain ke--,"

"Maafin gue ya,"tangannya yang menjadi bantal Changbin ia gunakan untuk mengusap surai legam pemuda itu.

"Maaf buat apa? Lo nggak salah apa-apa", suara Changbin yang terdengar serak membuat Felix meringis, ia yakin Changbin habis menangis. Dan itu karena dirinya.

"Gue salah karena lebih mentingin game daripada lo. Gue egois, gue kerasa kepala. Tapi gue sayang sama lo,"Felix sadar jika memang dirinya telah kelewatan dan dirinya benar-benar merasa bersalah.

"Lo itu juga gak peka, childlish, suka bikin gue khawatir.." Felix mengangguk setuju akan perkataan Changbin.

"Iya, gue emang jahat. Gue suka bikin Lo khawatir, gue bocah banget. Makanya, gue minta lo rubah gue. Demi apapun, gue sayang lo,"

"Punya hak apa gue buat ngerubah lo?,"

"Lo berhak atas gue, lo pacar gue! Gue minta jangan pernah bilang putus lagi. Gue gak suka. Kita nggak bakalan pernah putus selama gue masih sayang ke lo," Changbin ingin menangis rasanya mendengar perkataan Felix, pemuda itu selalu saja dapat membuat nya berhenti marah. Pemuda itu selalu ada cara untuk meluluhkan hatinya, dan Changbin selalu saja mudah melunak hatinya.

"Gue udah maafin lo, tapi gue masih marah. Nggak seharusnya lo nuduh gue sama Yeonjun selingkuh, kan lo tau gue sama dia sahabatan," Felix melepas pelukannya, ia menatap mata Changbin yang sembab.

"Lo juga tau kalo Yeonjun itu nggak nganggep lo sebatas sahabat kan, Bin. Gue gak suka milik gue diambil orang lain. Gue emang egois, keras kepala dan gue berusaha buat berubah. Tapi, gue tetap jadi orang yang pencemburu kalo itu udah nyangkut lo," ya, Changbin akui itu. Felix adalah seorang pencemburu dan sebenarnya ia tak begitu mempermasalahkan hal itu. Setidaknya ia tahu kalau Felix benar-benar menyayangi nya. Terlepas dari insiden game yang membuat hubungan mereka meregang.

"Oke, janji gak bakalan terlalu deket sama Yeonjun," Felix mengelus pipi Changbin yang belakangan kian gembil itu.
Ia tersenyum.

Changbin pun membalas senyuman Felix, ia lalu kembali masuk kedalam pelukan Felix. Felix merengkuh Changbin, pemuda itu mengecup pucuk kepala Changbin berulang kali. Memiliki Changbin adalah salah satu keberuntungan untuknya. Dan Felix berjanji untuk tidak menyia-nyiakan Changbin, orang yang ia sayangi.

Dari kejadian ini Felix sadar. Ketika ada seseorang yang sering melarangmu, memarahimu, mengingatkanmu, menegurmu, itu adalah pertanda jika orang tersebut peduli dan menyayangimu.



"Lix, sorry..."

"Kenapa?"

"Gue belum keramas 3 hari, hehehe"

"...."


  The End

[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/BottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang