Detik kian detik waktu terlewati membuat jantungnya tidak bisa berhenti berdetak kencang. Ia begitu gugup, bahkan terlalu gugup hanya untuk sekedar tersenyum. Ini adalah hari bersejarah untuknya. Hanbin akan melakukan operasi transplantasi kornea."Kamu jangan lupa berdoa supaya operasi hari ini berhasil," ujar Ibunda Hanbin ketika mereka dalam perjalanan menuju ruang operasi. Diikuti oleh Ayah dari Hanbin.
"Iya Ma, Mama juga doain semoga operasinya lancar," Hanbin mengusap punggung tangan ibunya yang tengah menggenggam tangannya.
Ketika itu Ia tiba-tiba mengingat Changbin, karena semenjak hari dimana pemuda itu mengunjunginya untuk memberitahu soal donor mata, Changbin tak pernah lagi menghubunginya.
"Ma, Changbin mana?," Tanyanya, saat itu pula genggaman tangan ibunya melemah. Ia mengernyit.
"Nanti, nanti dia datang kok. Sekarang kamu fokus sama diri kamu aja, jangan pikirin yang lain," tepat ketika ibunya menyelesaikan kalimatnya, mereka sampai di depan pintu ruangan yang akan digunakan untuk operasi.
Sebelum Hanbin benar-benar masuk kedalam ruangan itu, ibu dan ayahnya sempatkan untuk mengecup dahi Hanbin dan mengelus kepala anaknya itu. Setelah ini yang harus mereka lakukan adalah menenangkan Hanbin, mereka harus bersiap.
❣
Sama halnya ketika Ia akan melakukan operasi, kali ini ketika Ia akan membuka perban pada matanya juga adalah hal paling mendebarkan demi apapun. Ia benar-benar tak sabar untuk melihat segala sesuatunya tanpa harus mengeluhkan kegelapan yang terus memenuhi pandangnya sebelum Ia menerima donor mata.
Kedua tangannya masing-masing digenggam oleh kedua orang tersayang, Ayah juga Ibunya. Bukan hanya Hanbin, bahkan dokter juga para perawat yang menanganinya pun ikut merasakan kegugupan itu.
Perlahan perban yang menutupi kedua matanya itu dibuka, hingga tidak tersisa apapun lagi.
"Coba buka perlahan," ujar sang dokter pada Hanbin, dan Hanbin menurutinya dengan benar-benar perlahan dan hati-hati.
Tangannya mencengkram erat kedua tangan orang tuanya. Kelopak mata itu secara perlahan tapi pasti mulai terbuka, Hanbin dengan takut-takut menunggu apa yang akan terjadi pada matanya.
Kelopak mata berkedip ketika netranya mencoba menyesuaikan intensitas cahaya yang ada pada ruangan itu. Awalnya hanya siluet samar yang Ia lihat, namun beberapa saat kemudian semuanya terlihat jelas.
Wajah dokter dan perawat yang tersenyum padanya adalah objek yang pertama kali Ia lihat, senyum merekah begitu saja di bibirnya.
Lalu Ia menoleh, mendapati ibunya berasa di sisi kanannya, menampakkan wajah penuh haru padanya.
"Ma..," panggilnya, dan hal itu sontak membuat ibunya menangis haru, lalu sebuah pelukan hangat Ia dapatkan dari orang yang melahirkannya itu.
"Puji Tuhan, kamu akhirnya sembuh," ucap yang ibu sambil memeluk Hanbin erat, begitupun Ayah Hanbin yang ikut memeluk anaknya.
"Akhirnya aku bisa ngeliat Ma," Hanbin pun tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, memeluk erat kedua orangtuanya membuatnya luluh. Lagi, ini adalah kegiatan yang dulu jarang sekali Ia lakukan, bahkan mungkin hampir tak pernah setelah Ia beranjak dewasa.
"Saya turut senang, akhirnya kamu bisa melihat kembali," sang dokter tersebut menepuk pundaknya, Hanbin pun melepas pelukan antara dirinya dan orang tuanya.
"Makasih dok, makasih banyak atas kerja kerasnya. Terimakasih karena bikin saya sembuh," sang dokter mengangguk.
"Oh iya, ini ada sesuatu untuk kamu. Dari orang yang mendonorkan matanya ke kamu," dahi Hanbin dibuat mengerut bingung ketika dokter tersebut menyerahkan nya sebuah amplop berwarna baby blue.
"Saya pergi dulu ya," setelah memberikan surat tersebut pada Hanbin, sang dokter juga para perawat nya pergi dari ruangan Hanbin tanpa menjelaskan apapun lagi soal si pengirim surat.
"Emang yang ngasih donor siapa sih? Kenal gitu ke gue," gumamnya sambil membuka amplop tersebut tanpa curiga.
Saat Ia melihat warna amplop berwarna baby blue tersebut, Ia lalu teringat pada Changbin yang tak pernah lagi menemuinya. Setahunya, Changbin sangat menyukai warna baby blue. Pemuda itu seakan menghilang, padahal Hanbin ingin memberitahu bahwa kini dirinya telah bisa melihat seperti semula.
"Ma, Changbin belum datang?," Tanyanya sambil mengeluarkan kertas yang berwarna senada dengan amplop tersebut.
"Kamu baca aja dulu suratnya, Mama mau ke toilet dulu," Ia tidak mempermasalahkan ibunya dan lebih penasaran dengan isi dari surat tersebut.
Ketika membuka lipatan kertas tersebut, tulisan yang begitu familiar membuat matanya menyipit. Perlahan Ia membaca tulisan tangan dari si pengirim surat itu.
Selama membaca surat tersebut, air matanya tanpa sadar turun satu persatu hingga menjadi sebuah tangisan tanpa isakan. Hanbin mencengkram erat surat tersebut ditangannya, mengeluarkan emosinya yang kian bercampur aduk setelah membaca surat tersebut, surat tanpa pengirim itu.
Kini Ia tahu, orang yang begitu Ia tunggu kedatangannya itu tidak akan pernah lagi datang padanya. Sama sekali tidak akan, dan itu adalah kesalahannya.
Andai saja Ia tidak pernah mengikuti balapan itu, andai saja Ia mendengarkan kekasih yang tak pernah Ia anggap ada itu. Andai Ia menerima kenyataan yang terjadi padanya, dan semuanya hanya berakhir dengan kata andai yang tidak ada habisnya.
Waktu tidak akan pernah kembali, dan untuk menyesal pun Hanbin sudah terlambat. Ia baru sadar kalau Ia begitu menyayangi orang yang selalu Ia sakiti itu. Ia pun baru sadar kalau Ia ternyata adalah orang yang paling brengsek. Yaitu menyia-nyiakan orang yang sangat menyayanginya.
Hanbin merasa bersalah, benar-benar bersalah. Hingga untuk memohon maaf pun, Ia malu. Malu pada dirinya sendiri, malu pada dunia yang mentertawakan kebodohannya, pun malu pada Changbin yang telah sangat mencintai orang brengsek sepertinya.
💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
Hi Dear
How are you? Can you see it well? In that case, thank God. I'm happy for you too. I know you might not be looking for me, but may I be confident for the first time, hahaha. Don't look for me, because I'm currently with you, I'm a part of your life now. I'm sorry that this is all I can do for you, I hope you like it. Never feel guilty for anything that happens. Be thankful for your life. even though you will do the same, I have never regretted what I did. I thank you because finally you want to hug me, you say sweet to me, you don't send me away. I feel my life is really happy at that time, and I want to feel it again. But I can't be selfish, I will never be able to have you, especially your heart. It's okay, I understand.
From now on live happily, always smile at people. Don't race if you know your opponent isn't your match, I'm going to watch over you from here.
Of me who always loves you.
💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
FanfictionSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...