Potret ( P. Woojin & Changbin & Guanlin)

1.2K 70 45
                                    


Hubungan persahabatan melulu di hadapkan dengaan rasa yang kelewat batas. Terkesan klise dan membosankan untuk menanggapi cerita yang sama. Yang akan berakhir pada dua pilihan, tetap bersama atau memilih berpisah.

Bersama menerima rasa indah itu masing-masing. Berpisah demi menyelamatkan hati yang makin terasa asing. Karena pada dasarnya ketika tuntutan itu di lontarkan, semuanya akan berubah. Entah berasal dari harapan agar cinta tak bertepuk sebelah tangan, atau atas sikap yang seolah tak terjadi apa-apa. Mengabaikan segalanya hingga benang tak kasat mata yang semula mengikat erat putus seketika.

Begitulah prinsip Seo Changbin, ingin mematahkan pandangan setiap orang akan hubungan persahabatan yang melulu berakhir menjadi pasangan. Atau hancur akan keadaan.

Changbin ingin membuktikan bahwa pertemuan dapat dilakukan tanpa campur tangan perasaan.

"Kamu ngelamun lagi."

Renungannya buyar ketika sebuah rangkulan pada pundak mendarat mulus. Mendesah pelan kala si pemilik lengan telah duduk tepat di sebelahnya, sedikit keberatan sebab kini mereka harus rela duduk berdempetan di tengah penuhnya kerumunan.

"Aku nggak pernah tertarik sama pekan olahraga," adunya lirih, sebab kini di sekelilingnya orang-orang sibuk bersorak mengumandangkan nama jagoan klub sepakbola mereka yang tengah bertanding di lapangan.

"Kamu kok disini?"

"Abisnya kasian liat kamu melas banget duduk sendirian, kayak anak ayam hilang."

Decakan lolos dari yang lebih tua, menyebabkan sosok jangkung kurus di sebelahnya itu terkekeh kecil. Tangannya yang bebas merogoh saku celana, mengambil sesuatu dari sana.

"Nih," tangannya mengulurkan sebuah permen karet yang tadi memang sengaja ia beli di kantin untuk seseorang yang kini memeluk lutut sembari menaruh kepalanya nyaman berbantalkan lutut yang sama.

"Tumben."

Meski obisidian itu memicing curiga atas sikap 'baik' dari sang kawan, tangannya tetap balas mengulur meraih benda tersebut. Membuka bungkus permen karet nya, dan memasukkan isinya ke dalam mulut untuk ia kunyah nikmat. Sensasi saat mengunyah permen karet yang manis memberikan rasa tenang dan puas bagi seorang Seo Changbin.

"Sisa kemarin sih," ia segera mengelak kala Changbin hendak melayangkan pukulan dan tertawa puas melihat teman kecilnya yang berusia satu tingkat di atasnya itu mengomel sebal.

"Kamera kamu mana? Tumben nggak dibawa. Biasanya gak pernah lepas."

Sepenuhnya tak peduli akan sorakan yang saling bersahutan, mereka lebih mendalami percakapan masing-masing seakan memiliki dunia mereka tersendiri.

"Sengaja gak dibawa, lagian gak bakalan sempet buat ngambil gambar."

Pria berkulit tan dengan gisul manis di sela giginya itu hanya menaruh fokus pandangnya pada satu titik. Memangku dagu hanya demi memandang lamat-lamat figur yang kini asik mengunyah permen karet pemberiannya.

Satu kata melintas di kepala sesaat setelahnya, yang ia paku dalam-dalam di dalam ingatannya sejauh ini.

Kita adalah sahabat, selamanya akan terus begitu. Tidak akan bisa berubah, sekalipun kita bisa.

📠

Tiga buah benda jatuh di antara kakinya ketika pintu loker milik Changbin dibuka. Dahinya mengernyit sembari membungkukkan tubuh mengambil benda yang baru saja terjatuh itu.

"Oh."

Changbin sedikit terkejut melihat figurnya terdapat dalam hasil jepretan kamera analog yang kini berada di tangan. Dimana disana nampak dirinya sedang memasang wajah cemberut karena bosan berada di antara kerumunan orang di tribun penonton. Setelahnya itu tersenyum tipis.

[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/BottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang