Confession (Jeongin & Changbin)

2.6K 170 89
                                    

Masih akrab disapa oleh ingatan beberapa saat yang lalu ketika sebuah insiden yang mungkin terkesan sepele namun mampu membuat emosi kian memuncak. Cekcok tidak dapat dihindari, bahkan sumpah serapah terlontar begitu saja tanpa peduli jika bunga-bunga yang tumbuh di dalam hati akan layu karenanya. Fatal? Tentu saja. Bahkan tangan sempat ikut andil menggambarkan betapa remuknya hati saat itu. Menangis tak lagi sanggup, karena sakit yang dirasa sudah melampaui puncaknya. Ingin mengadu pun entah pada siapa, bintang-bintang seakan enggan menanggapi sebab terlalu sibuk menemani bulan menerangi gelap. Licik, amarahnya pada bintang. Mereka bersinar terang ketika didalam hatinya tengah mendung menunggu hujan, hanya saja tak kunjung datang hingga menyebabkan perasaan sesak yang amat sangat. Jahat, lagi-lagi bibir ranum itu mengoceh tak jelas mencoba mengalihkan perhatian agar si penghuni maniknya tak lolos begitu saja. Ia laki-laki, jika ketahuan menangis maka seluruh alam pasti akan mengoloknya lemah. Ia tidak lemah, buktinya saja sekarang Ia bersusah payah menahan isakan dengan mengigit bibir tanpa sadar jika yang dilakukan itu menyebabkan cairan kental berwarna merah pekat mengalir dari sana. Terluka lagi, entah untuk yang keberapa kalinya. Saking seringnya, menghitung pun Ia tak sempat.

Atap gedung asramanya adalah pilihan pertama ketika Ia sedang dalam keadaan buruk, seperti saat ini. Duduk sendirian bertemankan cahaya asa yang tak terang pun tak gelap di atas sofa cukup panjang yang memang sengaja Ia letakkan disana. Angin malam terus menerpa, mengelus wajahnya, mengusak surainya yang legam segelap malam, membisikkan kata-kata imajiner pada telinganya agar Ia tenang. Berhasil, setidaknya kepala tak sepanas tadi.

Drttt...drttt

Ponselnya yang tergeletak di sampingnya bergetar, sebuah pop up dari line nya terlihat di layar. Ia melirik enggan, sedang tak ingin diganggu oleh siapapun. Namun demi kesopanan, Ia membuka pesan tersebut hanya membaca tanpa berniat membalas. Jari-jarinya kelelahan.

Jeongin 🐣
20:56

|Lo dimana?
|Nggak bundir kan? Dicariin ini sama yang lain
|Bales kek, jangan bikin khawatir
|Hyunjin udah balik, lo juga kudu balik
|Lagi dimana?! Gue jemput
|Changbin!


Yang sopan sama yang lebih tua, bisa!|

|Ya abisnya lo lama balesnya
|Lo dimana? Jangan kyk bocah kabur kemana-mana!

Tau apasih lo! Suka-suka gue|
Gue mau sendirian, mungkin balik besok|
Nggak usah repot-repot nyari|


|Nggak tau kalo kita semua khawatir?!
|Bocah banget sih

Kalo gue bocah lo mau apa?!!|
Nggak usah sok dewasa deh, piyik!|

|Lo di atap kan? Gue samperin
|Tunggu, jangan kemana-mana sampe gue dateng

GAK USAH KESINII!!|
JEONGIN!!|
Read

Changbin menghempaskan benda pipih itu ke sofa disebelahnya, lalu mengerang kesal sebab seseorang yang barusan mengiriminya pesan. Ia benar-benar tak ingin diganggu, Ia ingin sendirian. Atau mungkin lebih tepatnya Ia tak ingin orang lain melihat dirinya yang kacau, Ia tak ingin menangis ketika ada orang lain disisinya. Sekali lagi Ia tak ingin terlihat lemah.

Tap..tap..tap

Suara benturan antara sepatu dengan lantai menyapa telinganya, tanpa menoleh pun Ia tahu siapa pemilik langkah itu. Ia memejamkan mata, menenangkan diri sebab takut nanti Ia akan meledakkan seluruh isi hatinya tanpa dapat Ia kendalikan.

'Sruukkk'

Sesuatu menimpa tubuhnya, Ia membuka mata dan kedua alisnya terangkat bingung ketika mendapati sebuah jaket terlempar ke tubuhnya. Ia menatap benda itu heran, betah terdiam hingga membuat si pelempar jaket mendengus, "Pake! Dingin, masuk angin entar," Ia mendongak, maniknya melirik sinis pada si pemilik langkah sebelumnya, mengekori gerak si pria yang baru saja datang itu sampai pantatnya mendarat di atas sofa tepat disisinya.

[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/BottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang