•••"Ma, aku berangkat dulu!"
"Nggak sarapan??"
"Nanti ajaa!!"
Sebagaimana kegiatan pagi hari biasanya, remaja bernama Changbin itu melenggang pergi setelah berhasil mengikat tali sepatunya. Melambai riang pada sang Mama yang memasang raut sedih sebab putera kembali melewatkan makan paginya.
Changbin hanya tak ingin terlambat, ia begitu ingin bertemu dengan teman-temannya. Yang selalu dirimu utamakan dibandingkan dirinya sendiri. Tidak ada yang dapat menggambarkan secara spesifik, sebesar apa kecintaan Changbin terhadap para sahabatnya.
Pupilnya melebar dengan binar semangat kala siluet para karibnya mampir ke dalam penglihatan. Ia pun berhambur memecah cakap kecil yang mereka bangun selama menunggu dirinya.
"Oii!"
"Tumben kamu gak telat."
Changbin menyengir lebar, lantas merubuhkan diri di tengah-tengah antara dua temannya yang bernama Hyunjin dan Felix.
"Aku kabur, sengaja gak sarapan biar gak lama."
Sekitar tujuh pemuda, termasuk Hyunjin dan Felix di sebelahnya menggeleng sembari membuang napas pelan. Dan Changbin hanya terkekeh melihat reaksi mereka.
Entahlah, rasanya begitu menyenangkan dapat melihat para sahabatnya tersebut. Mulai dari Chan, Minho, Hyunjin, Felix, Jisung, Seungmin, dan Jeongin. Setiap ke sekolah, mereka selalu berkumpul di halte bus dan saling menunggu satu sama lain. Tidak pernah sekalipun saling meninggalkan, kecuali jika Changbin kesiangan atau terlambat.
Setidaknya, walaupun begitu, pasti salah satu atau dua dari mereka akan rela datang terlambat demi menunggu Changbin.
Dan itulah salah satu alasan kenapa pemuda bernama Seo Changbin ini begitu menyayangi teman-temannya, lebih dari apapun yang dapat dibayangkan.
Mereka bertukar cerita, banyak hal yang dapat dijadikan topik menarik mulai dari soal kucing jalan yang menggemaskan, atau perkara tugas sekolah yang tak ada habisnya.
"Nanti, kalo sempat, kamu mampir ke kantin, sarapan dulu daripada nanti sakit." Chan berbicara, menyentuh lutut Changbin demi meminta perhatian pemuda Seo itu.
"Aku gak bakalan mati juga kali, gak sarapan juga."
Chan tergelak, begitupun Changbin. Mereka saling bertukar tawa, dan relungnya benar-benar merasa lega dapat mendengar gelak mereka kembali.
Dari ekor matanya, dapat Changbin lihat para siswa lain yang memang satu sekolah dengannya, memperhatikan sembari berbisik-bisik. Barangkali tengah membicarakan dirinya pula para karib.
"Tumben banget pada bisik-bisik tetangga. Kalian habis bikin skandal apa, deh?"
Minho dan Jeongin turut menolehkan kepala pada para siswi yang sedang berbisik-bisik kecil, begitu kentara sekali jika topik utama gosip mereka adalah kedelapan pemuda tersebut.
"Kamu lupa kita disini punya kapten basket, wakil dan ketua osis, terus ketua PMR yang terkenalnya gak main-main. Udah biasa kali." Celetukan Seungmin itu dibalas anggukan setuju oleh yang lainnya, begitupun Changbin. Ia baru ingat 'siapa' teman-temannya tersebut.
"Bener sih, murid nggak terlihat kayak aku can't relate memang," ujar Changbin dengan wajah dibuat berlagak sedih.
Hyunjin di sebelahnya menepuk pelan pucuk kepala sang sahabat, seraya tersenyum tipis.
"Gak terlihat gimana, sekarang aja kamu yang jadi satu-satunya pusat perhatian."
Dan tak lama setelahnya, bus yang mereka tunggu akhirnya datang.
Saat di dalam bus, Changbin dibuat kebingungan dengan teman-temannya yang malah lebih memilih berdiri. Berkumpul di tengah sembari memandang dirinya yang duduk sendirian.
"Kalian nggak duduk?"
Padahal Changbin yakin, masih tersedia beberapa kursi kosong yang bisa mereka tempati. Namun mereka hanya tersenyum lembut, yang kontan membuat Changbin ketakutan.
Ia takut tanpa alasan.
"Kamu aja." Jisung menjawab, tampak begitu nyaman berdiri tanpa pegangan. Padahal ia yakin bahwa bus tersebut tengah melaju cukup kencang.
Ah, mungkin ia cemas karena laju busnya.
Di sekolah, mulai dari gerbang masuk sampai pada koridor, hampir seluruh pasang mata tertuju padanya. Yang lagi-lagi cukup membuat Changbin risih karena jadi pusat perhatian.
"Padahal kita udah biasa datang barengan, kenapa sekarang jadi diliatin gini sih," celetuknya dengan cemberut.
Felix dengan ringan merangkul pundaknya, "Gapapa, sekali-kali boleh juga, kan"
Changbin menggeleng, menghakimi sikap narsistik kepunyaan Felix tersebut, pemuda Lee itu kini malah tebar pesona.
Memang seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Sampai di kelas pun, dirinya tak pernah lepas dari pandangan para teman-temannya yang lain barang sedetik. Mereka seolah sedang menguliti dirinya hidup-hidup.
Namun Changbin berusaha untuk tetap abai, bersenda gurau dengan Hyunjin, Seungmin, Jisung, dan Felix, karena mereka memang satu kelas. Sedangkan Chan, Minho, dan Jeongin berada di kelas lain.
Hingga saat guru pengajar datang, yang tampak terkejut saat melihat kehadiran salah satu muridnya.
"Changbin, kamu udah baik?"
Changbin, yang tadinya masih bertukar canda dengan Seungmin itu menoleh bingung atas pertanyaan sang guru.
"Eum, saya memang baik-baik aja kok, Bu."
"Beneran, tadi kamu ke sekolah siapa yang antar?"
Lagi pertanyaan yang aneh, untuk apa pula gurunya itu peduli ia berangkat ke sekolah dengan siapa. Bukankah mereka tahu siapa-siapa saja karibnya.
"Kayak biasa Bu, sama Hyunjin, Seungmin, Jisung, Felix, juga yang lain. Kenapa?"
Sesi berbisik-bisik lirih kembali terjadi kepada seluruh siswa dan siswi di dalam ruang kelas tersebut.
"Changbin, kamu pulang dulu ya." Tampak raut sang guru itu terulas sedih, menatap iba ke sosok remaja Seo yang bahkan tak mengerti kenapa semua orang kini menjadikannya pusat perhatian.
Saat dirinya akan bertanya pada sang sahabat, tiba-tiba sosok mereka lenyap dari pandangan. Membuat Changbin sibuk menoleh kebingungan mencari keberadaan mereka.
"Hyunjin?"
"Jisung?"
"Fel--"
Ah, Changbin baru ingat.
Mereka semua masih tertinggal di dalam bus sekolah yang sering ditumpangi.
Lalu, tadi itu siapa?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
FanfictionSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...