Lee Minho, pemuda kelahiran Canada 19 tahun lalu itu mempunyai kecenderungan menilai sifat seseorang melalui mata mereka. Entah sejak kapan kebiasaan itu terjadi, namun dia yakin telah melakukannya dalam waktu yang lama.Selama itu pula belum pernah dia menjumpai sepasang manik hitam kecoklatan yang membuatnya tertarik, atau setidaknya membuat nya merasa penasaran. Baginya, tidak ada pandangan mata setulus milik ibunya atau seteduh milik ayahnya.
Minho akan berbicara dengan menatap mata lawan bicaranya dan akan mengambil kesimpulan berdasarkan analisisnya. Dan selama kehidupan 19 tahunnya, belum pernah perkiraan melesat. Kalaupun berbeda, sebagian dari perkiraannya pasti benar.
Dan saat ini, pemuda itu tengah berada didalam sebuah toko bunga. Maksud hati hendak membeli sebuket bunga untuk ibunya, mengingat besok adalah hari ulang tahun ibunya.
Dan beruntung nya dia mengunjungi toko bunga ini, karena sang florist membuat dirinya tertarik untuk pertama kalinya.
Saat pertama kali bersitatap dengan sang florist membuat Minho bungkam untuk beberapa saat. Sungguh, mata itu adalah mata terindah yang pernah ia lihat. Bukan bentuknya, ataupun warna bola matanya. Namun ada hal lain yang membuat Minho merasakan desiran aneh di aliran darahnya.
"Oh hai, ada yang bisa ku bantu?", ujar sang florist, dengan pandangan matanya lurus mengarah pada Minho.
"Emmm,, aku ingin memberikan hadiah untuk ibuku. Tapi aku bingung bunga seperti apa yang sesuai dengannya. Aku tidak begitu tahu makna-makna dari bunga-bunga ini", Minho menggaruk tengkuknya canggung sebab pemuda tadi sama sekali tak berhenti menatapnya. Bahkan sang florist berkedip saja tidak.
"Bagaimana kalau mawar merah muda? Bunga ini sering orang berikan untuk orang tua mereka sebagai bentuk terima kasih", ucap pemuda itu ramah, dan tatapan mata itu membuat Minho tenggelam didalamnya.
"Apa maknanya?", Tanya Minho lagi.
Pemuda itu tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya dan hal itu membuat matanya menyipit indah. That's so pretty , batin Minho.
"Bunga mawar yang berwarna merah muda ini mempunyai makna tentang kekaguman, sukacita dan rasa syukur. Dan karena kau mengatakan akan memberikan nya pada ibumu aku akan memberikan warna pink yang lebih tua. Mereka mencerminkan rasa terima kasih dan penghargaan yang amat dalam untuk orang terkasih. Aku yakin ibumu pasti akan menyukainya", jelas pemuda itu dengan senang hati, senyuman tak pernah hilang dari wajahnya. Minho terus meneliti setiap lekukan wajah dihadapannya itu.
"Baiklah, kalau begitu berikan aku 10 tangkai", ujar Minho setelah dirinya sibuk dengan pikirannya.
"Wah, ternyata kau ini memiliki selera yang baik. Kau tau bahkan jumlah tangkai bunga yang kau berikan pada seseorang pun memiliki makna, dan 10 tangkai itu berarti 'Engkau cantik dan sempurna'. Sangat cocok untuk ibumu", ucap pemud itu lagi antusias. Minho tak henti-hentinya menatap mata indah itu.
"Tunggu sebentar, aku akan merangkainya", ucap pemuda itu lagi dan Minho hanya memperhatikan dalam diam.
"Apakah kau orang yang sangat cerewet?", Tanya Minho tiba-tiba saat sebelumnya mereka terdiam karena sang florist sibuk pada pekerjaan nya.
"Bagaimana kau tahu? Banyak orang mengatakan aku terlalu banyak bicara memang. Dan kenapa?", Tanyanya dengan memunggungi Minho dan masih larut pada pekerjaan nya.
Minho tersenyum tipis "aku bisa membaca dan menilai sifat seseorang melalui mata mereka".
Dan saat itu juga pergerakan pemuda itu terhenti sejenak, lalu tak lama kembali bergerak kembali.
"Benarkah? Lalu bagaimana dengan sifat ku menurut pandangan mu?" Pemuda itu bertanya setelah selesai membungkus indah bunga mawar tersebut. Ia berbalik dan kembali menatap Minho. Lalu memberikan bunga tersebut pada Minho.
"Sejauh yang bisa kubaca, kau orang yang baik. Kau menyenangkan, cerewet, ceria dan supel. Sungguh begitu banyak keindahan yang aku lihat dimatamu", pemuda itu tersenyum mendengar perkataan Minho, senyum manisnya kembali terlihat.
"You have pretty eyes", ujar Minho tanpa sadar.
Pemuda itu kembali tersenyum, pandangan matanya terus terarah pada Minho.
"Thank you, but it's no more pretty if i can see the world without the slightest darkness. These eyes don't work well", Minho terdiam mendengar penjelasan pemuda yang tidak ia ketahui namanya itu. Sungguh Minho tidak menyangka jika pemuda manis didepannya itu tidak dapat melihat dengan baik. He's blind.
"Maaf, aku tidak tahu", Minho benar-benar merasa bersalah sungguh, namun anehnya kenapa mata pemuda itu terlihat begitu indah dimatanya. Tidak terlihat kosong sama sekali layaknya orang buta lainnya. Apalagi saat pemuda itu menatap matanya, Minho tak bisa menghentikan detak jantung tak beraturan nya itu.
"Hey, tidak apa-apa. Aku merasa bersyukur karena tidak bisa melihat dunia, karena dengan ini aku bisa melihat apa itu dunia sesungguhnya. Seperti dirimu, dimataku kau adalah orang baik. Dan kau pasti tampan", candanya dengan terkekeh pelan. Sungguh tawa itupun sanggup membawa Minho jatuh pada sebuah jurang keindahan dimana dia berharap tidak ingin kembali ke permukaan.
"Siapa namamu?"
"Seo Changbin", jawab pemuda bernama Seo Changbin itu.
"Baiklah, namaku Lee Minho. Dan bisa aku minta bantuan lagi padamu?", Changbin mengangguk.
"Tentu saja"
"Bisakah kau memberikan ku mawar biru ini, jumlah tangkainya sama. 10 tangkai. Aku mohon hias dengan indah", pinta Minho tanpa melepaskan pandangan nya dari pemuda cantik dihadapannya.
"Baiklah, tunggu sebentar", pemuda itu kembali melakukan pekerjaan biasanya.
Minho terus menunggu, melihat dalam diam bagaimana pemuda itu memotong tangkai bunga, membersihkan duri mereka, membuang daun-daun kering, membungkus nya dengan indah. Semuanya terasa begitu sempurna untuk orang yang memiliki kekurangan seperti Changbin. Minho begitu kagum pada pemuda itu.
"Ini dia", Changbin menyerahkan nya pada Minho dan dengan senang hati pemuda itu menerimanya.
"Kau tahu apa arti mawar biru?", Tanya Minho dan pemuda itu mengangguk.
"Bahasa warna biru dalam mawar mempresentasikan perasaan yang tidah mudah diungkapkan. Ia juga melambangkan imajinasi dan misteri. Warna biru mengandung arti kesempurnaan dari suatu pesona atau dapat diartikan kekaguman. Bunga mawar biru ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan akan cinta pada pandangan pertama ataupun cinta yang tak terjangkau (tak mungkin)", jelas pemuda itu membuat Minho tersenyum.
"Yah, kau benar. Aku memang tidak mengetahui banyak tentang bunga, tapi aku tahu betul apa arti dari bunga ini. Dan aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk memberikan bunga ini pada orang yang aku cintai untuk pertama kalinya", Minho memperhatikan bunga itu lalu beralih pada Changbin.
"Benarkah? Aku yakin pasti orang yang mendapatkan bunga ini darimu akan menjadi orang paling beruntung. Kau orang yang baik", ucap Changbin sambil tertawa, dan sungguh kenapa tawanya begitu terdengar indah. Dan eye smile nya membuat siapapun merasa terpana.
"Dan bunga ini untukmu", Minho meraih tangan Changbin lalu menyerahkan buket mawar biru itu ditangan Changbin.
"Sama seperti bunga ini, saat bertemu denganmu untuk pertama kalinya kau terlihat begitu sempurna. Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya dengan kata-kata, namun sungguh pesonamu membuat diriku benar-benar hilang akal. Aku tidak bohong soal mata milikmu,mereka begitu cantik dan indah. Pancaran kehangatan menguar dari sana, ketulusan juga perasaan teduh begitu terasa saat aku melihat kedalam mata indahmu. Bahkan demi apapun, kau terlihat lebih cantik dengan senyuman mu. I love your eyes", sesaat setelah mengatakan hal itu Minho meletakkan uangnya diatas meja lalu mengusak pelan surai hitam legam milik Changbin.
"Aku berharap kita bisa terus bertemu setelah hari ini", ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Changbin yang kini menggenggam erat buket bunga ditangannya.
"Terima kasih", gumamnya pelan.
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
FanfictionSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...