Restart

1.4K 75 14
                                    


Bayangan tawa dahulu pernah ada. Bahak geli kemarin sempat singgah. Semu jingga selalu merekah. Namun tak abadi ketika hujan menyita jejak. Kala malam menghapus jingga. Saat tangis menawar lara. Keadaan meminta kami berubah. Nestapa tak segan menyekik rasa.

Katakanlah kami munafik. Yang menyalahkan keadaan akan nasib. Lalu bagaimana dengan semesta? Yang sebelumnya terang kemudian temaram. Bagaimana dengan surya? Yang semula merona menjadi merana. Ketika kami meratap, para burung terkikik di atap.

Tangis kami tak lagi meraung, kini hanya mampu bergelung menyakiti relung. Tawa kami tak lagi mengudara, sebab lara kian merajalela. Tak mampu lagi melibatkan keadaan, sebab tak percaya lagi keberadaan Tuhan. Apalagi yang mau diminta ketika harap kini tak lagi dirasa.

Bahagia itu hanya fatamorgana. Bahkan ketika sugesti meminta tawa, keadaan mendoktrin kami bahwa semua itu fana.

Tak mau memanipulasi diri, dahulu adalah saat-saat paling menyakitkan. Dimana ketika dunia memaksa gelak, kami malah kalah telak. Sebab tak mampu mempertahankan harapan yang memang tak lagi terdapat sebuah impian. Sebut saja sebagai makhluk tak bersyukur, namun apa yang dapat di terima hati ketika hidup sudah enggan, mati pun segan.

Hingga ketika saatnya salah satu pondasi rubuh. Hancur berkeping-keping, membuat pondasi lainnya turut rumpang. Terlihat kuat padahal sesungguhnya tak mampu menahan beban.

"Aku balik."

Pondasi yang rubuh itu sudah tegak kembali. Meski masih setengah jadi, namun terlihat lebih kuat dari sebelumnya. Sebab bahan baku yang digunakan lebih baik, keberanian untuk kembali bangkit.

"Udah cukup istirahatnya? Kita masih nungguin kamu." Pondasi lainnya, yang berperan sebagai yang terkuat. Sebuah tameng untuk para pondasi lain yang lebih kecil darinya.

Anggukan tanpa beban, serta sungging manis pada sudut bibir jadi penjelasan yang sudah lebih dari cukup.

"Hmmm, makasih udah nunggu."

Sudah tak ada lagi yang namanya ratap penuh luka. Lenyap pula para sayat yang diiringi ringinsan. Semesta tak lagi meminta nestapa untuk menyekik asa. Cakrawala sudah enggan memperlihatkan temaram, surya turut membantu menyinari malam. Tak lupa rembulan yang menyebar senyuman.

Perih nya menghilang. Jumlah pondasi yang semula rumpang sudah kembali seperti semula. Meski tanpa diketahui, tak lagi berdiri kokoh di tempat yang sama.

"Kak, mau balik kan? Ke kita."

Kendati menjawab, sebuah senyuman yang terus terulas tulus jadi pendahulu sebelum jawaban ia udarakan. Barangkali mempersiapkan hati yang tak bisa dipungkiri masih merasa lara.

"Kakak emang kembali, tapi mungkin nggak ke tempat semula. Kakak mau pergi ke tempat baru, dimana kakak bisa jadi diri kakak sendiri."

Keputusan itu akhirnya diambil ketika telah matang dari pohonnya. Tak ada paksaan, sebab memang diri hanya ingin melangkah di jalan lain. Di jalan yang jadi takdirnya. Meski begitu, ia masih sudi melangkah beriringan.

Ujian alam telah di lewati, bahkan puluhan remidi di alami. Ini nilai akhirnya. Nilai yang ia dapatkan dari ujian yang di jalankan. Walau tak mendapat poin tertinggi, setidaknya tidak membuatnya makin terpuruk.

"Kamu yakin?"

"Aku nggak pernah se yakin ini. Gimana pun juga, ini pilihan terbaik. Aku gak bakalan bisa kembali sama kalian, ya pada akhirnya kita harus mulai semua dari awal. Buka lagi lembaran baru, hapus kenangan lalu, tulis kenangan haru."

Setitik keberanian jatuh ke peraduan, mengatakan pada semesta bahwa ia tak lagi menyalahkan ajarannya. Berlapang dada, dan kembali membuat harapan agar semuanya baik-baik saja.

Meski biru kembali menggulung ombak, para batu karang masih tetap berdiri kokoh ketika berulang kali di hantam. Dan itu adalah salah satu alasan, kenapa tak ada lagi bantahan. Fase sakit mereka telah lewat, kini hanya bahagia yang ingin di ingat.

"Gapai mimpi kamu. Meski kita gak lagi menyatu, tapi kita masih satu. Woojin, Chan, Minho, Changbin, Hyunjin, Jisung, Felix, Seungmin, Jeongin. Nama kita akan terus bersebelahan sampai kapan pun. Kamu tau itu." Senyum itu kembali di ukir. Di masing-masing raut damai nan indah.

"I'll never leave you behind. We'll never leave you behind."

Jika dahulu tangis masih meraung, kini tak akan lagi dibiarkan menyakiti relung. Jika kemarin tawa enggan mengudara, kini akan selalu menyapa asa.

Impian kembali di letakkan di atas ujung gunung tertinggi. Berjanji untuk mendakinya bersama meski berada di rute berbeda. Berharap ketika nanti di puncak, impian itu bisa di gapai bersama.






END

END

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Welcome back kak :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Welcome back kak :")

Aku sayang kamu, dan berharap kamu cepat balik. :") Makasih telah memporak-porandakan hatiku.

ALAY BANGET SIH AKU :(

[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/BottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang