Changbin melirik arloji yang melilit di pergelangan tangannya. Wajahnya nampak gusar seakan tidak sabar menunggu sesuatu –lebih tepatnya seseorang– yang sejak tiga jam lalu tidak memberinya kabar sama sekali. Hingga kemudian denting lonceng kafe membuat atensinya teralihkan secara sempurna. Seorang pemuda masuk ke kafe itu dan langsung menghampiri Changbin.
“Sori aku telat.”
“Kakak pikir ini jam berapa? Aku kan bilangnya jam satu, sekarang udah jam berapa?”Changbin memuntahkan kalimat amarahnya. Bibir mungil itu tampak mencebik karena kesal, sementara si pemuda yang ditunggunya sejak tadi terlihat menghela napasnya sedikit kasar.
“Kan aku udah bilang besok aja. Hari ini aku beneran sibuk.”
“Sibuk aja terus sana. Kak Minho mana pernah sih tepat waktu tiap janjian? Dipikir enak gitu nunggu berjam-jam kayak orang bego gini?”
“Jangan mulai, Bin! Aku udah bela-belain kesini sampe ninggalin temen-temenku buat nemuin kamu.” Minho memutar bola matanya dengan jengah. Selalu begini ketika mereka bertemu. Changbin memaksa untuk mengajaknya bertemu, padahal ia sudah mengatakan kalau hari ini ia sedang sibuk.
“Kakak yang bikin aku kesel! Kenapa sekarang malah kakak marah? Harusnya aku yang marah!”
“CHANGBIN!” Minho menaikkan nada bicaranya, kepalang kesal dengan Changbin yang selalu membesar-besarkan masalah sepele, “Stop nuntut ini itu sama aku! Kerjaanku nggak cuma ngeladenin sikap manja kamu ya!”
Changbin berjengit kaget, selama 2 tahun pacaran baru kali ini Minho membentaknya. Netra cokelat itu seketika mengembun dan menjatuhkan benda bening pada detik berikutnya.
“Kakak ngebentak aku? Cuma gara-gara sepele ini kakak tega ngebentak aku?” suara Changbin bergetar, antara takut sekaligus kesal pada Minho yang menatapnya dengan gusar.
“Sepele kamu bilang? tau nggak, kamu itu manja! Kamu yang selalu gede-gedein masalah sepele dan nyalahin aku! Aku bela-belain nggak jadi ngajar dance buat ketemu kamu tapi ini yang aku dapetin pas aku sampe? Gitu hah?!” Minho benar-benar emosi. Dadanya naik turun seiring dengan amarah yang membuncah keluar dari dadanya.
Changbin menunduk, bibir bawahnya ia gigit untuk menahan isakan yang nyaris keluar dari celah bibirnya. Tangannya bergerak cepat untuk mengusap airmatanya yang meluncur di pipi gembilnya sebelum akhirnya ia berlari keluar meninggalkan kafe itu.Minho tidak mengejar Changbin. Sengaja karena ia tahu tujuan Changbin hanya untuk mendapatkan perhatiannya dan membuatnya meminta maaf. Sejujurnya Minho lelah, ia sudah terlalu lama menjadi pihak yang selalu mengalah dalam hubungannya dengan Changbin. Sejak lama ia ingin mengakhiri semuanya, tetapi ia tidak tega membuat Changbin patah hati begitu saja.
Ia harus mencari cara bagaimana ia meninggalkan Changbin dan mengakhiri hubungan mereka secepat mungkin..
.
.
***
.
.
.“Jelek amat muka kamu. Berantem lagi sama Minho, eh?” Changbin memalingkan wajahnya saat Chan duduk disampingnya dan mengambil popcorn yang ia peluk. Demi Tuhan, ia benci pertanyaan itu. Ia sedang tidak ingin mendengar nama Minho.
“Nggak usah mancing emosi, kak. Aku males berantem sama kamu juga.”
“Kenapa lagi kali ini? nggak bosen kamu berantem mulu sama Minho? Aku yang dengerin cerita kamu aja bosen loh.” Napas Changbin terembus kuat, menunjukkan emosinya yang masih meluap di dadanya.
“Dia telat lagi, kak! Ini udah kesekian kalinya dia telat mulu tiap janjian sama aku. Aku nungguin di kafe kayak orang idiot dan dia baru dateng tiga jam kemudian. Coba bayangin! Mana alesannya dance lah, UKM lah, apa lah. Kesel!”
KAMU SEDANG MEMBACA
[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
FanfictionSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...