"Jemput kek lix, bentar doang.""Gak bisa, ada meeting mendadak."
"Meeting apaan sih jam sepuluh malam gini?"
"Kamu kayak gak ngerti kerjaan aku aja. Udah ya, balik naik taksi sana."
Sambungan telepon itu diputus sepihak oleh sang kekasih, Felix. Helaan nafas sebal kembali meluncur kala melihat mobilnya yang mendadak mogok di jalan raya.
"Elah, sial banget sih gue." Keluhnya sambil menendang ban mobil, kemudian ia melirik ponselnya dan mendengkus kala terdapat pemberitahuan bahwa baterai ponsel nya tinggal tiga persen dan dalam hitungan detik akan mati. Dan bodohnya, ia lupa membawa power bank atau ponselnya yang lain. Yang paling parah ia; Changbin tidak membawa dompetnya, dengan begitu usulan Felix agar dirinya naik taksi itu segara ia tolak. Bibirnya mengerang kesal.
Kalau tahu Felix tidak mau menjemputnya maka ia akan lebih memilih untuk menghubungi montir langganan keluarganya saja daripada sang kekasih yang selalu saja punya alasan untuk menghindarinya. Namun tetap saja Changbin tidak pernah bisa marah pada Felix. Bahkan ketika Felix secara terang-terangan memperlakukan dirinya tak lebih sebagai pelarian, meski kenyataan dalam waktu beberapa bulan kedepan keduanya akan melangsungkan pernikahan.
Changbin meratapi jalanan yang malam hari itu tetap setia ramai dilalui oleh para pengendara, namun ia yang mempunyai ego yang amat tinggi itu tidak akan sudi untuk sekedar mencegat orang asing dan meminta bantuan. Itu akan Changbin lakukan ketika rasa egonya sudah runtuh, dan entah kapan.
Ia duduk di aspal sambil memukul-mukul mobilnya sebagai pengalihan rasa kesal, bibirnya terus mengerucut pertanda bahwa dongkolnya sudah menuju puncak. Tak mau tahu jika dianggap gelandangan oleh para pengendara yang melewatinya.
Changbin melirik arlojinya, dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ponselnya sudah meninggal sejak tadi dan ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. "Terserah lah!"
Tiiinnnnn
"Dekk!! Ngapain nge-gembel ditengah jalan sih? Trotoar kurang lebar?" Changbin dikejutkan dengan bunyi klakson dari sebuah motor yang kini berada tepat di hadapannya, ia mendelik ke arah dua orang pria yang menaiki motor tersebut.
"Lah, kamu si tuyul kan ya? Ngapain disini dek?" Alis Changbin berkedut mendengar kata 'tuyul' digunakan untuk memanggil dirinya, Changbin berdiri sambil berkacak pinggang. Bersiap menyumpah serapahi dua orang pria yang masih memandang nya bingung.
"Apasih!! Nggak usah sok kenal!! Pergi sana pergi!!" Usirnya pada dua pria yang beberapa waktu lalu ia temui di sebuah coffe shop, dimana kedua orang itu adalah sang barista dan sang pemilik yang terlibat perkelahian kecil dengannya.
"Dih, masih aja bar-bar. Mobil mu ini bisa nggak jangan parkir ditengah jalan? Menghalangi jalan, tuyul! Kamu yang harusnya pulang, anak kecil gak boleh keliaran tengah malam, dicariin bundanya nanti." Pria bernama Jaehyun itu menuding mobil Changbin dan si pemilik bergantian, mengoceh sesukanya tak peduli bahwa wajah Changbin kini makin tertekuk garang.
"Mau saya sentil ginjalnya ngatain tuyul terus?!! Ini mobil saya mogok ya! Mana bisa dipinggirin! Dan berhenti panggil saya anak kecil! Saya udah kerja!!" Hardiknya sambil menunjukkan ancang-ancang akan memberikan sebuah tinjuan pada Jaehyun, namun Changbin hanya memukul-mukul udara saja. Membuat Jaehyun dan Bangchan sontak tergelak.
"Loh loh! Kok ketawa?!! Nggak lucu ya!!" Changbin mengepalkan tangannya, merasa geram pada dua pria yang kini tertawa makin kencang. Ia tak terima tentu saja.
"Hahahaha, gini-gini dek. Jangan marah dulu. Ini mobil kamu mogok beneran?" Bangchan turun dari atas motor, lantas mendekati mobil Changbin yang sejak dari menjadi saksi bisu pertengkaran kecil mereka. Lebih tepatnya Changbin dan Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
Fiksi PenggemarSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...