...Desahan tertahan dalam tenggorokan kala tangan kanannya berkerja keras di bawah sana, sesekali mengumpat kecil kala dirasa otot perutnya mulai mengencang dan benda panjang yang selalu dibanggakan dalam setiap obrolan itu mengacung penuh percaya diri.
Hari masih dini, bahkan kokokan ayam belum berkumandang, namun keringat telah mengucur deras di pelipis pun bagian tertentu lainnya.
"Fuck, Changbin!"
Tentu saja, si pemilik nama yang dengan sialannya masuk ke dalam dunia mimpinya, mendesahkan namanya dengan nada tinggi yang memanjakan telinga kala titik manisnya di tumbuk keras. Cakaran pada kulit putihnya terasa begitu nyata saat cairan hangat yang ditunggu kedatangannya akhirnya keluar juga.
"Shit, fuck! Huuhh.."
Jeongin membuka matanya, menghela napas panjang dengan rasa lega sekaligus sebal. Lega karena akhirnya ia mencapai klimaks yang didambakan, kesal sebab kenyataannya kini dirinya hanya dipuaskan dengan tangannya sendiri. Bukan lubang hangat yang sama seperti di dalam mimpinya tadi.
Setelah membersihkan diri menggunakan tisu dan tidak lupa lantai kamar mandinya, Jeongin keluar dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Melihat ke kanan kiri, memastikan bahwa rekan-rekan satu asramanya belum ada yang bangun.
Ia kembali ke kamar tidur, setelah bekerja keras di pagi membuat matanya memberat. Namun saat tubuh baru saja dirubuhkan di atas ranjang, matanya tertuju pada seseorang yang kini bergelung selimut di kasur lain. Bernapas teratur dalam tidurnya. Jeongin kembali membuang napas pelan.
Orang itu adalah Changbin, yang tadi jadi objek fantasi seksualnya. Yang ia sebut namanya dengan lantang saat memjeput putih seraya membayangkan bagaimana jika bibir mungil yang kini mengerucut itu mengulum miliknya--tidak.
Jeongin menggeleng kepala, menepis segala bayangan yang mulai menayangkan adegan persis seperti di dalam mimpinya. Ia tak mau berakhir masturbasi dua kali pagi ini. Tidak mungkin.
Gila, pikirnya.
Entah yang dimaksud adalah Changbin atau malah dirinya sendiri.
...
Kali ini di situasi yang lain, yang membuat Jeongin terjebak dalam sebuah dilema. Dimana ia diberikan tontonan gratis bokong sintal Changbin yang sesungguhnya tak begitu ketara sebab celana training yang dipakai sedang bergerak manis tak jauh di hadapannya.
Ia kini tengah beristirahat setelah berjam-jam menari hingga badannya terasa remuk, begitupun dengan rekannya yang lain. Sedangkan Changbin masih terus melakukan latihan sebab ada beberapa gerakan yang masih harus ia pelajari. Dengan Minho dan Hyunjin yang memonitor Changbin, pemuda itu terus menari dengan sungguh-sungguh.
Jeongin merutuki dirinya sendiri, yang dengan mudahnya terangsang hanya karena Changbin. Lebih tepatnya, pantat Changbin. Dan kini kebingungan, haruskah terus duduk di sana dengan ereksi yang makin menegang atau pergi ke toilet untuk melepas sesaknya. Sialan.
Ia membayangkan bagaimana nikmatnya jika bokong sintal itu berada di sekitarnya, memerah karena tamparan yang ia berikan, bergetar kala bertubrukan dengan panggulnya.
Ah, ini tidak berhasil.
Dirinya kembali berfantasi panas tentang salah satu orang yang menganggapnya sebagai adik paling polos diantara mereka, namun tidak. Asumsi itu sepenuhnya salah. Jeongin sudah bukan lagi anak yang polos, setidaknya dalam hal membayangkan adegan intim antara dirinya dan Changbin tentu saja, yang entah dimulai sejak kapan.
"Jeong, mau nemenin gue nggak?"
Ia dibuat terperanjat saat namanya diserukan lantang diikuti oleh munculnya seseorang yang semula berlarian di dalam pikiran tanpa lelah. Changbin kini duduk di hadapannya, dengan wajah penuh keringat dan dada yang terpompa kelelahan.
"Eh--apaan?" Jeongin menegak ludah susah payah.
Bagaimana tidak, Changbin dengan penuh keringat itu terlihat begitu menggairahkan. Dapat ia bayangkan bagaimana rasanya saat kulit tan madu itu ia hisap, merasakan asinnya keringat tersebut ketika Changbin tengah bergerak naik turun diatasnya. Meneriakkan namanya dengan lantang, tidak lupa rengekan nikmat saat ereksi keras miliknya mengoyak lubang hangat dan menghantam prostatnya.
Jeongin dibuat gila.
"Jeong, lo kenapa?"
Lagi-lagi ia tersentak saat tangan hangat Changbin menyentuh pahanya, benda yang semula dijaga baik-baik di bawah jaket agar tidak ketahuan itu bergerak tak nyaman. Semakin membesar di setiap detiknya.
Changbin yang tidak mengerti kenapa Jeongin menjadi lebih pendiam dan seperti tengah menahan sesuatu, sebab kini wajahnya memucat itu terang khawatir. Ia makin mendekat ke arah adiknya tersebut.
"Lo sakit?"
Jeongin menepis tangannya, kemudian bergerak sedikit menjauh dari Changbin sembari memalingkan wajah. Hal itu makin membuat pemuda yang lebih tua cemas tingkah Jeongin benar-benar tak seperti biasanya.
"Nggak apa-apa, gue mau ke toilet."
Dan dari situ Jeongin bangkit dari duduknya, dengan kedua tangan masih menutupi bagian selatannya, ia berlari keluar ruang latihan. Sebelum ia tertangkap basah tentu saja.
"Sial!"
Jeongin kembali meloloskan putihnya di toilet agensinya sambil membayangkan sedang bercinta dengan Changbin. Lagi dan lagi.
Sedangkan Changbin yang tidak tahu menahu itu gelisah, takut Jeongin terluka atau sakit.
...
I hate my fucking brain :(
Lanjutnya besok yak 😴
Normalizing Jeongin's sexy, because he said it himself. 😏
KAMU SEDANG MEMBACA
[9]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
FanfictionSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...