You can plan for a change in weather and time
But I never planned on you changing your mind
Taylor Swift - Last Kiss----------
Satu malam saat hujan turun begitu deras dan Venus terjebak dalam insomnia, menghabiskan malam nya dengan membaca "Mati nya Socratos", ia mendengar sesuatu menabrak jendela nya.
Tuk! Tuk! Tuk!
Venus melirik jam, pukul 3 pagi dan ia merasa terlalu takut untuk mengintip apa yang terjadi di luar, ia duduk di atas tempat tidur nya, bersiap akan menutup tubuh nya dengan selimut seperti anak-anak yang takut monster keluar dari lemari nya sebelum sebuah suara atau lebih tepat nya teriakan membelalakan mata nya.
“VENUS!”
Venus tanpa sadar menjatuhkan buku di tangan nya, ia menatap ke arah jendela dengan ngeri juga terkejut, memastikan apa yang baru saja ia dengar bukan bagian dari imajinasi atau khayalan nya, terlebih ia masih mengingat jelas pemilik suara itu dan… rasa nya tak mungkin ia mendengar nya kembali setelah sekian minggu mereka tak lagi bertemu.
Apalagi setelah malam dimana ia menerima panggilan telpon yang memberi nya ultimatum tegas untuk menjauhkan diri dari sosok itu, rasa nya tak mung-
Venus hampir berteriak saat ia melihat sebuah siluet berdiri di depan jendela nya, ia mendengar dan melihat orang itu mengetuk jendela kamar nya.
Ia mengenal nya, terlalu mengenal lelaki itu, hingga siluet nya nampak seperti cermin besar yang menunjukan pantulan diri nya sesungguh nya.
“Venus!” di antara gemuruh hujan samar ia mendengar nama nya kembali di sebut di sertai sumpah serapah.
Ia bergegas membuka gorden jendela nya dan ia begitu terkejut saat melihat sosok itu berdiri di depan nya, hanya terpisah kaca transparan tipis.
Tak kurang tak lebih 2 cm.
Seperti mimpi, ia berdiri disana, di bawah hujan, seoramg diri dan terluka.
Venus tak menunggu satu detik pun untuk menemui nya. Ia berlari dengan pelan, takut Tante Indah atau Hugo terbangun, tak lupa ia mengambil payung di belakang pintu.
Udara dingin dan air hujan langsung menyambut nya saat ia membuka pintu, panik, takut, gembira, gugup, malu… perasaan itu bercampur aduk, kaki tanpa alas itu bergerak cepat membelah hujan, menutupi kepala mereka berdua dengan payung meski hal itu sia-sia karena tubuh laki-laki itu telah basah kuyup dan sebagian baju Venus pun telah terkena air hujan.
Venus ingin menangis dan tersenyum di saat bersamaan, ingin meyambut dan memeluk nya namun di saat bersamaan ia juga ingin menampar dan memarahi nya, ingin berkata “Hi” namun juga ingin mengusir nya.
Mereka berdua masih membatu di tempat masing-masing, tak kurang dari satu langkah jarak di antara mereka, menatap satu sama lain dalam hening namun jenis keheningan ini adalah keheningan yang mengucapkan banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PALE BLUE DOT ✔
Ficção AdolescenteVenus -16 tahun- sangat pintar dan licik. Hobi membaca, barang favorit nya Buku dan mimpi remaja nya ingin menikah dengan seseorang yang mencintai nya tanpa alasan sampai mereka meninggal. Namun, semua itu berubah sejak Venus bertemu Adam, dalam 24...