11 -Langit Asia-

393 26 5
                                    

"Pahami perasaanmu! Teruslah berusaha, kau akan mengetahui seberapa dalam cinta dan perasaanmu kepada seseorang!"

-

  Xavier masih berada di kamar Fidyah, ia menunggu jawaban dari Fidyah atas pertanyaan sebelumnya. Namun Fidyah memilih untuk tidak menjawab, Xavier terus bertanya.

"Fidyah... apa aku pernah menyakiti perasaanmu? Tolong jawab Fid.." ujar Xavier.

Fidyah tersenyum.

"Aku bahkan tidak mengerti mengapa kau bertanya seperti itu" ujar Fidyah menatap Xavier.

  Gadis itu seakan menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya yang membuat Xavier semakin penasaran.

"Baiklah... aku juga tidak memaksakanmu untuk menjawabnya. Aku hanya ingin minta maaf Fid, jika pernah menyakiti perasaanmu! Aku  tidak ingin persahabatan kita rusak" ujar Xavier.

"Rusak? Kenapa harus rusak?" tanya Fidyah.

"Maksudku.. aku tidak ingin persahabatan kita rusak hanya karena perasaan yang berlebihan" ujar Xavier berhati-hati.

  Mendengar kalimat yang di ucapkan Xavier barusan membuat Fidyah tersenyum lebar.

"Menurutmu apakah persahabatan antar pria dan wanita akan rusak dengan perasaan yang berlebihan?" tanya Fidyah lagi seperti menginterogasi.

"Mmm" gumam Xavier.

"Aku tau memang kau tidak mengerti dengan perasaan, aku mengenalmu sejak duduk dibangku SMP. Sampai saat ini pun aku masih mengerti keadaan dan tentang perasaanmu. Aku hanya ingin mengingatkan mu untuk mengetahui perasaanmu yang sebenarnya, kau telah dewasa bukan remaja ingusan lagi!" ujar Fidyah.

"Maafkan aku!" Xavier menunduk.

"Apakah aku boleh bertanya lagi?" ujar Nadia.

"Boleh.. ada apa?" tanya Xavier.

"Menurutmu, apakah pertemanan diantara pria dan wanita, diantara mereka salah satunya mempunyai perasaan yang lebih?" tanya Fidyah serius.

   Pertanyaan Fidyah membuat Xavier mengingat percakapan nya dengan Reza waktu di dalam kelas. Pembahasan yang sama dan pertanyaan yang sama, Xavier kaku untuk menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha setegar mungkin untuk menjawabnya.

"Menurutku itu tergantung dari perasaan masing-masing" ujar Xavier.

"Apakah salah seorang dari mereka harus mengungkapkannya?" tanya Fidyah lagi.

"Mmm mungkin.."

  Fidyah berhenti bertanya, ia mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Aku memang tak mengerti tentang perasaan Fid, namun aku terus berusaha untuk memahaminya, dan aku pun merasakan perasaan yang hangat bila bertemu denganmu. Apakah itu perasaan yang lebih?" ujar Xavier kemudian bertanya.

  Fidyah menatap Xavier setelah mendengar pernyataan dan pertanyaan Xavier.

"Apakah kau menganggapku seperti adikmu sendiri?" tanya balik Fidyah.

"Iya. Aku menganggapmu seperti adikku, mungkin itulah sebabnya aku merasa hangat bila bertemu denganmu, apalagi berdebat denganmu heheh" tawa kecil Xavier.

"Ohh gitu... tapi aku tidak menganggapmu seperti kakak ku" ujar Fidyah.

"Kenapa?"

"Aku menanggapmu seperti..."

"Seperti apa?" tanya Xavier.

  Ibu Fidyah masuk kedalam kamar dengan membawa sepiring roti coklat dan 2 cangkir susu.

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang