56 -Langit Asia-

237 12 0
                                    

"Percayalah, kisah kita belum berakhir. Tuhan masih ingin kau bahagia, aku juga masih ingin melihat senyummu lagi walau hanya sedetik."
-

Malam hari. Samuel dan Nadia masih belum menemukan Xavier. Mereka masih terus mencari tanpa lelah. Sementara hujan jatuh membasahi bumi. Seakan ikut merasakan kepedihan hati para keluarga korban.

"Kita istirahat dulu Nadia, sudah larut," Samuel menarik tangan Nadia dan duduk dikursi panjang rumah sakit.

"Aku masih ingin mencarinya!" Nadia bangun dari duduknya.

Samuel kembali mencekal lengan Nadia.

"Besok saja, kita perlu istirahat,"

Nadia menggeleng tegas. "Gak! Aku gak perlu istirahat!"

"Jangan keras kepala Nadia! Bukan hanya kau yang merasa kehilangan! Aku juga! Bahkan keluarga Xavier pasti merasakannya juga! Jangan gegabah! Kita hanya perlu berdoa kepada tuhan supaya Xavier bisa selamat! Kalau kau begini terus sama saja kau menyakiti dirimu sendiri! Tenanglah... semua akan baik-baik saja," Samule membentak Nadia.

Nadia bungkam. Perkataan Samuel benar. Bukan hanya dia yang merasa kehilangan. Nadia menghapus aliran air matanya dengan kasar kemudian duduk disamping Samuel.

***

Pukul 03.00 dini hari. Orang tua Xavier masih mencari keberadaan anaknya. Begitu juga dengan Reza, Dara, Fidyah dan Kevin. Sirenei Ambulance masih berbunyi. Korban masih terus berdatangan.

"Jadi bagaimana? Sudah ketemu?" tanya Ayah Xavier pada Reza.

Reza menggeleng lemah.

"Ya Allah..."  lirih Ibu Xavier dengan isakan. Bibi Moli pun ikut menangis.

"Kita istirahat dulu, besok pagi kita cari lagi," ujar Kevin memberi saran. Ia mengelus bahu Fidyah yang terus bergetar karena tangisan.

"Xavier..." tangis Fidyah.

"Sabar sayang," Kevin mengelus bahu istrinya.

"Baiklah... untuk sementara kita istirahat, tenangkan pikiran dan selalu berdoa," ujar Andi.

Keluarga dan teman-teman Xavier beristirahat dikoridor rumah sakit. Koridor rumah sakit telah dipenuhi banyak orang atau keluarga korban yang juga mencari anggota keluarganya, bahkan koridor rumah sakit yang panjang sudah seperti pengungsian. Tangisan pun masih terdengar. Mereka pasti merasa kehilangan.

"Kita sholat dulu yuk bu," ajak Dara. Ia menghela nafas. Tangisannya sudah berhenti.

Ibu Xavier mengangguk.

Ibu Xavier dan Dara berjalan menuju room prayer rumah sakit. Walaupun tempat itu kecil, mukena dan Al-Quran sudah tersedia.

Setelah mengambil wudhu. Mereka mengenakan mukena dan mulai mengerjakan dua rakaat sholat shubuh.

"Ya Allah... selamatkan anakku. Dia anak satu-satunya yang Engkau anugerahkan padaku. Jika memang dia telah kembali padamu Ya Allah, hamba mohon tenangkanlah dia disana.. dia anak yang baik, penurut, dan aku bangga padanya. Ya Allah... aku ingin melihat wajah anakku sekali lagi..."  doa ibu Xavier dalam sujud panjang terakhirnya. Air mata itu lolos seketika.

***

"Om! Tante!" Pukul 06.00 pagi dini hari Reza berlari sambil berteriak.

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang