34 -Langit Asia-

208 13 0
                                    

 "Kamu dan senja akan menjadi cerita hidupku. Langit akan menjadi saksi. Kamu adalah senja yang selalu aku tunggu dan setelah kau hadir membawa keindahan dan kenyamanan, waktu akan membawamu pergi dan hilang. Namun, aku tak akan pernah membenci hal itu. Karena aku tahu senja akan kembali hadir. Walaupun itu bukan kamu:)"
-

  Seusai kelas, Xavier pergi menemui Fidyah di taman belakang kampus. Ia terus berjalan dan menyapa mahasiswa lainnya dengan senyum tipis. Begitu tiba di taman, Ia melihat Fidyah duduk sendirian di bangku. Ia berjalan mendekat.

"Hai!" sapa Xavier. Ia langsung duduk disamping Fidyah.

"Xavier?!" Fidyah sedikit terkejut.

"Udah lama ya nungguin?" Xavier terkekeh.

"Udah sejam! Kirain lupa janji lagi!" Fidyah memutar bola mata dengan malas.

"Masih sejam juga. Kirain udah lima jam nunggunya" Xavier tertawa kecil.

"Hobi banget ngeselin!" Fidyah mendengus kesal.

"Biarin, aku senang buat kamu kesal."

"Tuh kan! Suka banget ngeselin"

"Kamu mau tau gak kenapa aku suka buat kamu kesal?"

"Kenapa?"

"Karena kamu..." Xavier menggantungkan perkataannya.

"Karena aku kenapa!?" Fidyah memukul bahu Xavier.

"Karena kamu jadi tambah cantik!" Xavier tertawa lagi.

"Iya aku tau!" Fidyah cemebrut. "Hobi banget ngegombal"

"Kan aku raja gombal, kamu sendiri kan yang julukin itu" Xavier tertawa. "Eh, tapi kali ini serius loh,"

"Serius apa?"

"Kamu sungguh cantik kalau lagi kesal" Xavier nyengir.

"Ya udah, aku kesal aja terus. Biar aku tambah cantik" Fidyah cemberut.

"Dih ngambekan,"

  Fidyah menghela nafas. Xavier selalu saja membatnya kesal. Tapi kekesalan yang dibuat Xavier lah membuatnya sulit untuk melupakan Xavier.

"Eh, kelas kamu udah selesai?" tanya Fidyah.

"Udah,"

"Gak kerasa ya Vier, kita udah mau wisuda aja. Padahal baru kemarin rasanya jadi mahasiswa baru," Fidyah tertawa kecil.

"Iya, waktu cepet banget berputar. Padahal baru kemarin kamu disuruh senior bersihin kamar mandi waktu maba," Xavier tertawa.

"Lah kamu juga botak waktu maba!" Fidyah tertawa meledek.

"Semuanya terasa cepat beralalu, andaikan waktu bisa diputar Fid. Aku mau ulangin semua kejadian ngakak itu. Aku juga mungkin akan lebih dekat lagi denganmu," Xavier tersenyum.

"Sok puitis!" Fidyah menghancurkan suasana puitis Xavier. Ia tertawa.

"Ngancurin suasana,"

"Tapi bener juga, waktu emang gak bisa diputar kembali Vier, kita hanya menunggu rencana tuhan yang tentunya bahagia dan baik untuk diri kita masing-masing," Fidyah nyengir. "Aku gak lagi puitis atau ngebucin ya!"

"Bisa aja!" Xavier tertawa.

  Xavier mengeluarkan dua air mineral dari dalam tasnya. Ia memberikan satu keada Fidyah. Dan satu lagi untuknya.

"Makasih," ucap Fidyah.

Xavier mengangguk dan tersenyum. Mereka menghilangkan rasa haus.

"Kamu mau ajak aku kesini buat apa?" tanya Xavier setelah selesai meminum air mineral.

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang