33 -Langit Asia-

203 10 0
                                    

"Hal yang sekarang aku tidak mengerti adalah sikap dan perubahanmu. Aku juga tidak mengerti dengan hari-hari lewat yang  tidak mendukungku bertemu denganmu. Kini, aku akan menunggu rencana tuhan untuk kita"
-

  Pagi-pagi sekali Xavier sudah bangun dari tidurnya. Hari ini ia kembali masuk kampus. Waktu kuliahnya pun hampir selesai. Seperti aktivitas biasanya, pagi ini Xavier sedikit olahraga. Kemudian ke kamar mandi. Hingga mengganti pakaian dan menuju kampus.

  Xavier keluar rumah. Ia sudah berpamitan dengan ayah, ibu dan juga bibi Moli. Waktu menandakan pukul 08.00. Hari ini ia masuk pukul 09.00. Sengaja. Xavier sengaja pergi cepat ke kampus. Namun tujuan pertamanya bukanlah kampus. Melainkan toko buku. Rutinitas. Membeli buku sudah menjadi agenda tiap bulannya. Terkadang ia membeli buku pelajaran, novel, bahkan komik anak sekalipun. Buku seperti saudaranya sendiri. Itulah sebabnya ia bisa menulis. Dengan banyak membaca, maka kosa kata pun banyak yang diketahui.

  Xavier mulai mengendarai motornya. Kecepatan normal. Udara pagi sangat sejuk dibanding siang yang penuh dengan polusi kendaraan. Dalam perjalanan ke toko buku, ia melihat segorombolan anak-anak SD yang memakai baju pramuka berjalan kaki bersama menuju sekolah. Para pedagang kaki lima terlihat semangat. Para pejabat dengan mobil plat merah siap menuju kantor. Karyawan gerai fotokopi ditepi jalanan mulai membuka toko. Xavier menarik bibir. Tersenyum kecil.

***

  Sekarang Xavier tepat berada didepan toko buku yang luas berlantai tiga. Xavier berjalan masuk. Salah seorang karyawan memberikan senyum kearah Xavier. Karyawan toko buku tersebut sudah mengenalnya. Karena rutinitas ke toko buku. Xavier menaiki tangga. Menuju lantai dua. Untuk pagi ini ia membeli sebuah novel best seller.

  Dari ketinggian lantai dua terlihat jelas beberapa toko lainnya dipinggiran jalan yang mulai dibuka. Para pejalan kaki terlihat jelas dari atas. Xavier melihat anak-anak SMA yang berjalan bersama menuju sekolah. Xavier menghela nafas. Sungguh masa SMA yang indah.

"Permisi...," seseorang menegurnya.

Xavier menoleh dan melihat salah seorang karyawan wanita toko tersebut.

"Ada apa?" tanya Xavier.

"Kau menghalangi jalanku," karyawan tersebut tersenyum kecil.

"Oh maaf!" Xavier mundur kebelakang. Karyawan itu benar. Ia menghalangi jalan.

Karyawan tersebut tersenyum dan berjalan pergi.

  Xavier berjalan ke rak buku. Pagi ini ia hanya membeli satu buah novel. Setelah memilih novel ia beranjak turun dari lantai dua. Tiba-tiba langkah Xavier terhenti. Ia menyipitkan mata melihat seseorang yang juga berada di lantai dua. Matanya melotot tak percaya. Seketika bibirnya membentuk senyum.

"Nadia?!" Xavier melihat Nadia yang juga membeli novel. Ia berjalan mendekat.

  Xavier menaikan nada suaranya menyebut nama Nadia. Seketika itu Nadia menoleh. Nadia melihat Xavier berjalan mendekatinya. Dengan cepat Nadia mengambil novel yang akan ia beli. Nadia berlari.

"Nadia tunggu!" teriak Xavier. Ia mendadak terkejut dengan Nadia yang langsung berlari begitu melihatnya.

  Nadia terus berlari. Tak memperdulikan siapa yang ada didepannya. Orang-orang yang berada dilantai dua menatap heran. Nadia berlari kebawah. Ia menuju kasir dan membayar novel yang ia beli. Nadia melihat Xavier yang terus mengejarnya.

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang