45 -Langit Asia-

198 9 0
                                    

"Jangan mempermainkan wanita. Karena, sama saja kita telah mempermainkan ibu kita sendiri"
-

  Xavier terbangun dari tidur nyenaknya karena bunyi alarm yang terus nyaring berdering. Dengan tubuh yang terasa sangat lelah ia beranjak bangun dan mematikan alarm tersebut.

  Xavier terkejut bukan main. Matanya melotot tak percaya melihat waktu pada jam tersebut. Dengan tergesa-gesa ia menuju kamar mandi dan mengganti pakaian bersiap menuju kampus.

"Sial! Kenapa harus kesiangan!" gerutu Xavier pada dirinya sendiri. Waktu menunjukan pukul delapan pagi.

Xavier bergerak cepat. Mandi. Mengganti pakaian. Meneguk segelas susu. Melahap roti selai coklat hanya dengan beberapa kunyah. Menggandeng tas. Berlari menuju lift. Masuk kedalam mobil dan melaju pegi ke kampus.

Xavier begitu nyenak tidur. Semalaman ia bergadang menyelesaikan naskah dan langsung mengirimnya kepada Mr Gilbert.

"Ah iya! Mr Gilbert!" Xavier dengan cepat merogoh saku mengambil ponsel. Tangan satunya lagi masih fokus memegang stir mobil.

Xavier membuka email Gilbert. Ia menghela nafas. Naskahnya telah baca oleh Gilbert. Selanjutnya ia akan menunggu konfirmasi berikutnya.

Dengan kelajuan diatas rata-rata. Mobil Xavier tiba di area kampus dan dengan cepat memarkirkannya. Ia turun dari mobil dan berlari menyelusuri koridor dan menaiki tangga menuju lantai tiga. Hingga tiba di depan kelasnya.

Lagi-lagi Xavier merasa tenang. Dosen belum memasuki kelas. Apalagi hari ini adalah jam mata kuliah oleh Mr Harvy. Bisa-bisa namanya menjadi warna merah didaftar.

***

  Kelas usai waktu siang hari. Xavier berjalan menuju perpusatakaan kampus. Ia tidak pergi ke kantin, karena Samuel hari ini akan masuk sampai waktu sore. Entahlah, anak teknologi sangat merepotkan.

  Xavier duduk disalah satu kursi. Perpusatakaan tersebut cukup luas dengan AC yang tersebar luas di dinding dan dekat jendela. Saat Xavier ingin mengambil buku dan kembali berjalan kembali ke kursinya.

Brukk...

Ia menabrak seorang wanita yang menumpuk buku di lengannya. Buku tersebut jatuh berhamburan di lantai. Xavier menolong wanita tersebut mengumpul buku.

"I'm Sorry..."  ucap Xavier.

  Wanita tersebut tidak menoleh. Wajahnya tertutupi oleh rambut hitam legamn. Setelah buku-bukunya beres, wanita tersebut berjalan cepat meninggalkan Xavier.

"Aneh! Wanita itu sama sekali tidak melihatku saat berbicara, dan buku-bukunya bersampul tentang teknologi!" ujar Xavier pada dirinya sendiri. Sedikit penasaran.

Xavier kembali ke kursi. Baru beberapa detik pantatanya terduduk. Dering telepon berbunyi.

"Hallo? Ini dengan siapa?" tanya Xavier to the point. Ia sengaja menggunakan bahasa Indonesia.

"Gilbert,"  jawab seseorang dari seberang telepon.

"Eh, Mr Gilbert? Ada apa?"

"Congratulation, Naskah kamu diterima,"

Seketika mendengar itu, Xavier tersenyum lebar. "Really?"

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang