55 -Langit Asia-

228 9 0
                                    

"Percayalah... tuhan pasti akan menyelamatkanmu, jangan pergi.... kami masih ingin melihatmu lagi...."
-

Nadia termenung dalam kamarnya. Matanya sembap dengan kantung mata hitam. Semalaman ia tidak bisa tidur hanya karena memikirkan kepergian Xavier ke Jerman. Nadia merasa cemas dan frustasi.

Tukk... tuk... tuk...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar.

"Nadia... ayo makan, kamu belum makan dari tadi malam, nanti penyakit maghmu kambuh lagi," teriak ayahnya dari luar kamar.

Sejak pulang dari bandara, Nadia tidak mengikuti kelas selanjutnya. Ia pulang kerumah dan mengurung diri dikamar. Tak ada asupan makanan yang masuk dalam tubuhnya.

"Nadia masih kenyang Yah, Nadia juga gak akan mati kalau gak makan," balas Nadia. Ia masih belum bergerak dari kasurnya.

"Ayo Nadia... jangan gitu nak, kamu akan menambah rasa sakit itu untuk dirimu sendiri,"

Nadia terdiam. Apa? Rasa sakit?

"Nadia... buka pintunya nak, ayo makan,"

Nadia menghela nafas. "Iya Yah, Nadia akan makan, lima belas menit lagi,"

Ayah Nadia menghela nafas. Susah sekali membujuk anaknya itu. "Ya sudah, ayah tunggu dibawah ya!"

Ayah Nadia turun kebawah dan duduk disofa ruang keluarga. Ia menyalakan televisi. Semua stasiun televisi di Singapura menayangkan berita tentang jatuhnya pesawat Singapore Air SC-873 penerbangan menuju Jerman malam tadi, jatuh dari ketinggian 35.000 kaki. Pesawat tersebut jatuh karena cuaca buruk yang tiba-tiba.

Banyak redaksi dan para wartawan menyangkan lokasi jatuhnya pesawat besar tersebut. Pesawat itu jatuh tepat dipulau dekat negara India dan Pakistan tepatnya diperairan laut Arabia.

Ayah Nadia menikmati roti selai sambil menonton acara yang sedang hot.

Ting.. tong...

Suara bel mengalihkan pandangan ayah Nadia. Ia berjalan kearah pintu dan membukanya. Seorang pria dengan raut wajah khawatir berdiri didepan pintu.

"Nadianya ada om?"

Ayah Nadia mengerutkan dahi. Pria itu bisa berbahasa Indonesia.

"Ada didalam, ada apa ya?"

"Saya boleh bertemu dengan dia?"

"Kamu siapa Nadia?"

"Saya Samuel om, teman sekelas Nadia,"

Ayah Nadia mengangguk dan mempersilahkan Samuel untuk masuk.

"Dia ada dikamarnya, sejak tadi malam dia tidak mau keluar, kamu tolong bujuk dia ya,"

"Pasti om," Samuel mengangguk semangat. Ia berjalan menaiki tangga.

Sesampainya didepan kamar Nadia. Samuel menghela nafas. Dan mengetuk kamar tersebut. Masih tak ada jawaban.

"Nadia... apa kau ada didalam?"

Lamunan Nadia terbuyar ketika mendengar suara laki-laki yang ia kenal. Itu suara Samuel.

"Mau apalagi Sam?!" Nadia berteriak kesal dari dalam kamar.

"Nadia... tolong buka dulu pintunya, aku mau bilang sesuatu,"

"Bilang saja!"

Samuel menghela nafas. Rasanya sangat susah membujuk Nadia.

"Nadia... ini berkaitan dengan..." Samuel menggantungkan perkataannya. Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan pikiran. "Aku bilang sesuatu tentang Xavier...."

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang