50 -Langit Asia-

226 10 0
                                    

"Jika itu benar memang kamu, aku ingin sekali lagi melihat wajahmu. Jujur, aku rindu denganmu"
-

1 tahun kemudian...

"Jaga kesehatan ya bu,"

"..."

"Iya, Xavier juga kesehatan disini, bibi Moli juga sering ngingetin," Xavier terkekeh.

"...."

"Iya bu," Xavier memutuskan telepon.

Xavier menelepon ibunya. Ingin mengetahui keadaan ibunya yang sedang sakit, berisitirahat dirumah. Butik ibunya pun sudah diurus oleh karyawan-karyawannya.

Xavier menyimpan ponsel kedalam saku dan berjalan kembali kekelas setelah ia mengambil buku diperpusatakaan. Xavier kembali duduk dibangkunya menunggu dosen mata kuliah selanjutnya.

Beberapa menit menunggu kedatangan dosen. Seorang pria berkacamata berperawakan bule memberitahukan bahwa dosen yang seharusnya mengisi mata kuliah sedang keluar kota. Lalu, apa reaksi semua orang dalam kelas? Sudah pasti tertawa bahagia.

"Freeclass..."  teriak semua orang kegirangan.

Xavier menghembuskan nafas senang. Free class  merupakan kesenangan dan kebebasan. Ia berjalan keluar kelas dan kembali menuju perpusatakaan mengerjakan tugas penelitian akhir.

Setahun lebih telah ia tempuh dengan rasa bangga tentunya. Xavier mulai terbiasa mengatur kesibukan. Dan kini ia lagi disibukan persiapan tugas penelitian dan tour ke negara lain sebagai penunjang tugas menuju tugas akhir.

Xavier tiba diperpustakaan. Ia beranjak duduk dikursi pojok dekat AC. Ia mengeluarkan laptop dari dalam tas dan tak lupa satu gelas plastik lemon tea disamping kanannya.

Wi-Fi diperpusatakaan sangat diminati kalangan pembaca perpus. Ada yang datang hanya untuk menyampah dan ada juga yang benar-benar belajar. Xavier, mengakses internet mencari artikel negara Jerman. Ia akan melaksanakan tour enterpreneur di Jerman sebagai tugas penelitian akhir.

Drrt... drrt...

Xavier merogoh saku mengambil ponsel dan mengangkat panggilan. Sebuah panggilan Vidcall dari adik sepupunya. Dara.

"Haii.... bang....."  jeritan khas Dara menggema ditelepon.

"Berisik woy!" ketus Xavier.

"Kan rindu,"  Dara terkekeh geli.

"Kenapa nelepon? Vidcall lagi,"

"Sekali-sekali,"

"Gaje,"

"Abang dimana? Kok banyak buku sih?"

Dara melihat kearah belakang Xavier dari ponsel.

"Di perpus,"

"Ngapain? Nyampah Wi-Fi ya?"

"Iya," Xavier menghela nafas.

"Bang, aku udah baca buku Langit Asia loh,"

"Jadi gimana ceritanya?"

"Sad bangeeeeettt...."  Dara kembali menjerit.

Xavier terkejut dan langsung mengurangi volume. Takut menganggu para pembaca.

"Berisik Dara, diperpus harus tenang,"

Dara malah tertawa. "Maaf, eh tapi beneran sedih,"

"Jadi kamu nangis?"

"Iya, abang mau liat mata aku gak?"

"Gak mau! Ada belek," Xavier tertawa.

Langit Asia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang