"Cil, lo kenapa ngikutin gue mulu sih?"
Siang itu, Soobin duduk bersamamu disebuah warung makan yang tidak jauh berada dari GOR kampus. Sebentar lagi akan ada turnamen olahraga yang diselenggarakan oleh kampusmu. Kamu salah satu panitia dari turnamen ini, namun kebagian pada seksi dokumentasi. Dan, Soobin adalah peserta atau atlet yang akan mengikuti turnamen ini, dari cabang bulutangkis.
Kamu pun langsung memberikan tatapan tidak senang kepada Soobin. Udah manggil orang sembarangan, trus buat fakta yang tidak - tidak lagi. Yap, kamu dipanggil dengan sebutan 'kecil' sama Soobin. Itu karena Tuhan memberikan dia beberapa centimeter yang lebih, sedangkan padamu Tuhan memberikan secukupnya saja.
Teman - teman Soobin lebih sering memanggil Soobin dengan sebutan marganya, yaitu 'Choi'. Kamu tidak ingin memanggilnya dengan sebutan marganya, entah kenapa. Kamu menganggap panggilan itu hanya untuk orang yang dekat dengan Soobin saja, sementara kamu tidak terlalu dekat dengannya. Ah, bukan tidak terlalu dekat, tapi belum dekat, mungkin akan.
Alasan doang, kalau kata teman - temannya Soobin pas tau dia manggil kamu dengan sebutan 'kecil', mereka bilang itu adalah nama panggilan sayang dari Soobin untuk kamu.
Boro - boro sayang, kenal juga baru dua bulan. Itupun berkat dompet kamu yang ketinggalan di meja perpus dan kebetulan diselamatkan oleh Soobin, hingga kalian sering bertemu saat rapat organisasi.
"Gimana, Bin? Gue nggak salah denger nih?"
Soobin menggelengkan kepalanya sambil menyuap makanan yang ia pesan.
"Lo kali yang ngikutin gue? Nih, ngapain lo ngintilin gue makan di warteg? Padahal kan bisa makan di tempat latihan bareng yang lain?" Ucapmu, membela diri.
"Nggak tega aja gue sih sama lo, makan sendirian. Kalau jomblo jangan diliatin banget lah, Cil. Suka prihatin gue." Sekali lagi, Soobin dan mulut pedasnya.
Kamu yang keburu kesal itu pun menyuapi mulut Soobin dengan kerupuk.
"Lo tuh kalau ngomong kaya selang air ya, main semprot aja. Disaring dulu gih lain kali, kaya teh."
Dengan itu, Soobin tertawa. Memperlihatkan giginya yang berderet rapi, membuat kesan manis jika siapa saja yang melihatnya tertawa.
***
Tugas panitia dokumentasi lapangan adalah memotret setiap kegiatan yang ada dilapangan, mulai dari latihan hingga turnamen nanti. Setiap cabang olahraga juga sudah ditentukan siapa - siapa saja panitianya.
Kamu habis motret - motret bagian ganda putra yang akan mengikuti turnamen nanti, dan setelah itu menyudahi pekerjaanmu.
Dengan kamera yang ditangan kamu melihat hasil jepretan kamu tadi sambil duduk di pinggir lapangan.
Lalu, ada yang menghampirimu dan duduk disebelahmu sambil meluruskan kakinya serta meletakkan tas raketnya disebelahmu. Dia adalah Soobin. Soobin sedang minum dan mengelap wajahnya yang basah akan keringat. Kamu menoleh kesebelah dan mengembuskan nafas berat. Dengan terpaksa sebenarnya.
"Ngapain lo disini?" Tanya kamu kepada Soobin, yang sedang duduk anteng istirahat.
"Minum. Istirahat. Nggak bisa liat lo?" Jawabnya singkat. Rasanya kamu ingin menimpuk kepala Soobin dengan kamera yang lumayan berat ini.
"Gue nggak mau ya lo bilang pernyataan kalau gue ngikutin lo mulu. Jadi, mending jauh - jauh deh lo dari gue." Kamu kembali fokus melihat kamera lagi, berharap Soobin segera pergi meninggalkanmu.
Bukannya pergi, Soobin malah tertawa kecil dan terdengar seperti dipaksakan.
"Santai kali, sis. Gitu aja ngambeuk. Becanda doang padahal gue mah." Kata Soobin sedikit nyolot.
KAMU SEDANG MEMBACA
K-IDOL IMAGINE 2.0
FanfictionA little bit fluffy. Hati hati kegemasan. cover by: Canva ©nadvilerra, 2018