BAB 5
Galvin meraup wajahnya kasar. Diteguknya kembali isi gelas di tangannya hingga tandas. Kemudian, untuk ketiga kalinya wanita itu merapatkan ujung kaos yang dipakainya. Menarik napas panjang, Galvin mencoba bersikap tenang dan mengingat apa yang terjadi semalam. Apakah mungkin—
"Gak-gak-gak!" Galvin menggeleng mantap. "Gak mungkin semalam aku sama Giandra ngelakuin hal aneh-aneh, kan? I mean, bajuku masih nempel dan—" Galvin mengendus kedua pundaknya sendiri, "Gak bau parfum Giandra. Lagipula, tadi aku lihat celana Giandra masih rapi. Gak-gak, gak ter—"
"Relax!"
Seruan keras namun masih terdengar didominasi rasa kantuk itu memotong ucapan Galvin. Wanita yang sedang duduk di meja makan itu refleks menoleh ke belakang. Si 'teman tidur' berjalan malas ke arahnya sambil mengenakan kaos. Giandra menguap sebelum menarik kursi makan di sisi kanan Galvin.
"Kita gak ngapa-ngapain semalam, kalau itu yang bikin lo ngomong sendiri pagi-pagi buta gini." Lelaki itu menyahuti sebelum menuangkan air putih ke gelas yang tadi dipakai Galvin.
Helaan napas lega lolos dari mulut Galvin. "Thank Godness."
Hening. Yang terdengar hanya suara seksi Giandra saat meneguk air putih. Galvin tanpa sadar ikut menelan ludah melihat lelaki di sampingnya itu. Another side of this half British boy. Rambut acak-acakan, mata yang masih dikuasai kantuk, dan aroma vanila yang menguar dari tubuh Giandra. Galvin kontan mengulas senyum simpul. Cowok ini ketepa parfumku?
Pandangan Galvin lantas teralihkan pada bagaimana Giandra meletakkan gelas dengan perlahan dan menopang dagunya, mencoba bertarung mengusir kantuk.
"Gue gerah banget, jadi buka baju. Terus tau-tau lo masuk dan ambruk di atas gue. Gue coba pindah, tapi lo nahan tangan gue. Ya berhubung gue udah ngantuk, jadi. We slept together last night," tutur Giandra sambil menoleh ke arah Galvin.
Yang ditoleh menyengir. Membetulkan anak rambutnya, lalu bersandar pada kursi. "Sleepwalking." Galvin menyahuti.
Giandra manggut-manggut. "Lo tau apa cerita sedihnya?"
"Apa?"
"Lo berat!"
Kutt!
Sebuah sikutan mendarat mantap pada lengan Giandra.
**
Galvin menutup pintu apartemennya kemudian memilih opsi locked dan memasukkan access card ke dalam tasnya. Menoleh pada pemuda bule di sampingnya, Galvin mengangguk atas pertanyaan Giandra barusan; tentang harga apartemen ini yang sangat mahal.
"Kita jalan kaki lagi, apa mau aku pesenin taksi?" Galvin bertanya saat keduanya berjalan memasuki lift. Lelaki di sampingnya menggeleng. "Geleng itu artinya apa? Jalan kaki ap—"
"Jalan kaki aja," sela Giandra. "Lagian deket."
"Oke."
"Lo ... LDR-an sama cowok lo?"
Galvin refleks menoleh sambil menekan tombol lift. "Kenapa?"
"Semalam lo sempet ngigau, lo kangan banget sama dia." Giandra menjawab lalu menyengir.
"Oh. Dia lagi ada kerjaan di Bangalore, mungkin minggu depan baru pulang. Too much information, ya?" Galvin terkekeh. "Sebenernya, aku selalu diajak. Tapi, ini pengecualian karena Kalina lagi liburan, dan aku disuruh gantiin dia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fixed
Romance18++ (Revisi) Jangan berekspektasi lebih. 27 September 2019 - 23 September 2020(tanggal tamat) Naskah ini saya repost untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit @Grass_Media Fixed (adjectiva) : tetap, menetap. Kehidupan teratur yang di...