BAB 13 ; Jealousy - Part 1

7.3K 543 19
                                    

Again, aku cuma mau minta vote kok. Engga minta dibeliin tiket frozen. Kemarin udh ada pembaca yang baik hati beliin kok.

Elsa is literally me, saat kalian engga mau vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Elsa is literally me, saat kalian engga mau vote




BAB 13

Jealousy Part 1

Kedua manik cokelat gelap itu belum bisa terpejam. Menggeliat, Galvin mencoba melepaskan diri dari pelukan posesif pria di belakangnya. Meski tidak mudah, namun wanita itu bisa juga terlepas dari rengkuhan kekasihnya.

Berjalan mengendap di kegelapan kamar Arjun, Galvin meraba pakaian di atas sofa, mengenakan asal pakaian yang bisa ia dapatkan, lalu mengenakannya. Ah, itu kaos Arjun karena terasa begitu longgar. Setelahnya, wanita dengan kaos kebesaran itu membuka pintu dan keluar dari kamar Arjun yang bernuansa hitam.

Galvin berjalan menuju dapur, menyambar ponselnya yang ia biarkan sejak tadi di meja. Kemudian, wanita yang mulai menguncir asal rambut berantakannya itu berjalan ke balkon apartemen. Waktu yang tertera pada ponselnya menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Pada kursi kayu dengan ukiran bunga melati, Galvin mendudukkan diri. Menghela napas, wanita itu membuka pesan yang tadi dikirimkan Giandra—yang sempat menganggunya. Lelaki muda itu tadi menghubunginya sebanyak delapan kali, namun hanya satu pesan yang diterima Galvin.

Gue Giandra. Lo beneran nggak mau cerita? Gue kepikiran.

Jemarinya dengan ragu mulai mengetikkan balasan. Sembari menggigit bibir, Galvin menekan ikon send pada pesan yang telah ia ketik.

Galvin : I'm fine, Gi. There's nothing to be worried about.

Kemudian, Galvin meletakkan ponselnya di meja. Netranya berfokus pada gemerlap cahaya bintang di gelapnya malam. Ketenangan yang ia rasakan selama dua menit, sirna karena dering ponselnya.

Sebuah balasan dari Giandra.

Oke. Gue nggak ada maksud ikut campur. Tapi gue beneran kepikiran sama luka lo itu. Udah lo obatin, kan?

Jemari kurus itu bersiap membalas saat pintu balkon terbuka, disusul the sleepy Arjun yang berjalan ke arah Galvin. Tahu-tahu lelaki itu bersimpuh di depan Galvin dan mulai meneggelamkan wajah pada pangkuan wanita itu.

"Why did you leave me?" lirih pria ngantuk itu.

"I just can't sleep, not leaving you." Jemari kurus itu mengusap rambut tebal Arjun. Mengabaikan pesan Giandra, Galvin menuntun prianya itu kembali menuju kamar.

"Don't you ever leave me." gumam Arjun, membuat senyum hangat terukir di wajah Galvin.

***

Mobil SUV hitam itu kembali berhenti di depan Galvina Studio pagi ini. Pria di balik kemudi mobil itu melepas kacamata hitamnya. Pandangannya masih ia arahkan pada bangunan milik adiknya itu.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang