Truth or Share Part 2
"Oke, dare," Rizky bersuara. "Gue dare lo, buat make up in Mbak Galvin."
"What?!!" Itu pekik semua orang di gazebo mid 22. Bahkan, Rizky yang memberi dare ikut memekik. Setelahnya, si kurus tinggi berambut cokelat tembaga berlesung pipi dan menyebalkan itu tertawa.
"Ayolah, lihat itu wajah pucat Mbak Galvin. Lo kan pinter make up, Ben." sambung Rizky setelah tawanya reda.
"C'mon, Babe, make up Mbak Galvin." Belia memberi semangat kekasihnya.
Ben hanya menggeleng seraya tersenyum tipis. "Oke, aku akan jawab pertanyaan yang truth aja."
Ucapan Ben itu membuat Galvin menghela napas lega. Galvin tidak suka ada orang yang menyentuh wajahnya— siapapun kecuali Arjun.
"My first kiss was... Belia." jawab Ben, melirik gadisnya itu dari ekor mata.
"Stop lying, I'm not your first kiss. I knew it."
"Serius, Belia. Oke, aku emang kelihatan playboy, tapi memang kamu cewek pertama yang aku cium." jelas Ben seraya menyelipkan anak rambut Belia ke belakang telinga.
"Ouch, you guys are so sweet." ujar Galvin. "I'm so jealous."
"Oke, gue mulai mual, jadi ayo lanjut." Rizky meraih beberapa permen dan mulai mengedarkan gelas. Kali ini sial, gelas itu kosong pada tangan Galvin. Yang berarti dia yang akan ditanyai.
"I've been waiting this for so looooongg!!!" ujar Rizky semangat. "Mbak—"
"Gue yang kasih pertanyaan." sela Giandra, "Kenapa lo nggak suka permen?"
"Gian!!" Rizky terdengar merajuk, "Nggak bisa gitu pertanyaan lo lebih berbobot?"
Mengabaikan protes Rizky, Giandra kembali bertanya, "Kenapa lo nggak suka permen, tapi suka banget makanan Jepang?"
Galvin menahan napas ketika sorotnya dan iris biru Giandra bertemu. Jujur saja, Galvin merasa ada ketegangan yang terjadi antara keduanya beberapa hari terakhir. Namun, setelah melihat iris biru itu menyorotnya hangat, Galvin refleks membalas tatapan itu dengan senyum hangat.
Ocean blue eyes, looking in mine. I feel like I might, sink and drown and die.
"Kenapa nggak suka permen? Karena rasanya manis. Kenapa suka makanan Jepang? Karena aku suka pedas, dan kebanyakan makanan Jepang itu pedas." jawab Galvin.
"Masakan padang juga pedes, Mbak." sahut Rizky seraya menunjuk rendangnya yang masih utuh. "Mbak harus cobain," lelaki itu menyodorkan piringnya pada Galvin.
"Tapi aku nggak makan masakan bersantan, Rizky," tolak Galvin, mendorong kembali piring rendang itu pada Rizky. "So, no thank you."
"Cobain, Mbak. Sesendok aja, nggak bikin kolesterol naik, nih." Si pemuda bossy itu menyendok rendangnya dan menyodorkannya pada si pecinta makanan Jepang, "buka mulut coba, hak!"
"Apaain sih, Riz." Giandra mendorong sendok itu, "Kan udah dia udah bilang nggak suka. Kalau dia sampai kenapa- kenapa karena ususnya nggak bisa mencerna rendang gimana?"
"Ya elah, Gian, cuma sesendok ini!"
Sementara Rizky dan Giandra yang mulai adu argumen, Belia dan Ben saling menatap, seperti menangkap sesuatu dari pertikaian kecil si sulung dan si bungsu. Sedangkan si sumber pertikaian, Galvin memilih diam, dan diam-diam mengabadikan adu pendapat itu dengan kameranya.
"Oke-oke, aku makan." Galvin sudah bersiap membuka mulut untuk menerima suapan Rizky. Namun, suapan dari lelaki bossy itu tidak cukup sampai pada Galvin. Maka, sendok berisi rendang itu diambil alih Giandra dan jadilah, Giandra menyuapi Galvin karena kedua tangan Galvin masih sibuk memegangi Nikon D850 kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixed
Romance18++ (Revisi) Jangan berekspektasi lebih. 27 September 2019 - 23 September 2020(tanggal tamat) Naskah ini saya repost untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit @Grass_Media Fixed (adjectiva) : tetap, menetap. Kehidupan teratur yang di...