BAB 18 ; Can You Sleep?

7K 465 70
                                    

Like always, please vote. Terus, maaf baru update. Semalam aku ketiduran. Niatnya buka Wattpad, malah buka shopee. Sama-sama orens ihh
Oh ya, FYI, beberapa part setelah ini, jangan bosan ya.. Karena akan full Galvin Giandra.

Enjoy guys..


Can you sleep?

Aroma minyak kayu putih dan usapan pada keningnya membuat wanita itu mengerjap. Kepalanya terasa pusing dan perutnya kembali terasa perih. Ia baru akan duduk saat tangan lelaki yang menatapnya khawatir itu menahannya.

Menghela napas, Giandra menutup botol minyak angin dan membantu Galvin duduk, menjejalkan bantal di balik punggung wanita yang baru siuman itu, kemudian meraih teh hangat di atas nakas.

“Nih, minum dulu.” suruh Giandra.

Galvin hanya menurut, meneguk teh beraroma vanilla itu sedikit, lalu menggeleng. “Udah, Gi.” tolaknya.

“Oke.” Giandra meletakkan kembali teh pada meja. “Mama sama papa masih beliin lo obat.”

Galvin menyengir. “Maaf ya, aku ngerepotin.”

“Sakit banget emang?”

Wanita di depan Giandra itu mengangguk. “Iya. Mana obatku abis. Jadi tadi nggak ada yang buat nahan sak—”

“Maksud gue berantem lo sama cowok lo, Vanilla.”

“A—Oh, berantem. Ya, gitulah. Tapi lebih sakit perutku sih, Gi. Memang beberapa hari sebelum mens, suka sakit perut. Pernah juga sampai dirawat di RS.”

Giandra mengulas senyum tipis. “Lo cocok pakai baju itu.” ujarnya mengalihkan topik.

“Giandra and banana, remember?”

Giandra kembali mengulas senyum tipis. “Ya.”

“Eh, tapi orang tua kamu beli obat apa?”

Giandra akan menjawab saat pintu kamarnya terbuka, mamanya muncul dengan botol kecil berisi obat.

“Syukurlah kamu sudah sadar.” kata Mama Giandra. “Ini, kamu minum. Semoga bisa mengurangi rasa sakit perut kamu. Di apotek dekat sini nggak ada yang sama persis kayak punya kamu, Vanilla.”

“Terima kasih, Tante. Maaf, Vanilla ngerepotin.”

“Nggak ngerepotin. Tante juga pernah muda, pernah pms sama kayak kamu. Om Roni lagi masak sup hangat buat kamu, biar perut kamu agak enakan.”

“Yah, jadi tambah ngerepotin.”

Mama Giandra tersenyum hangat. “It’s glad having a girl in this house. Kamu udah merasa baikan?”

“Ma, udah deh, jangan diajak ngomong terus. Gimana dia minum obatnya kalau Mama ajak ngomong terus!” sahut Giandra. Ia meraih botol obat dan mengeluarkan satu pil, lalu memberikannya pada Galvin.

“Oke-oke. Mama minta maaf.” Mama mengangkat dua tangannya ke udara. Bersamaan dengan papa Giandra yang datan dengan nampan berisi mangkuk. “Nah, supnya udah matang.”

“Terima kasih, Om.” kata Galvin saat papa Giandra menyerahkan nampan itu padanya. Aroma kaldu ayam yang begitu menggoda membuat perutnya yang tadi perih makin perih karena lapar.

“Makan selagi masih hangat.” suruh Papa Giandra.

Galvin hanya mengangguk sopan sebagai jawaban.

“Tante sebenarnya ingin nemenin kamu sih, tapi Tante sama Om udah aja janji bantuin sepupunya Giandra yang mau nikah lusa. Kamu... akan baik-baik aja, kan?”

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang