18++ (Revisi)
Jangan berekspektasi lebih.
27 September 2019 - 23 September 2020(tanggal tamat)
Naskah ini saya repost untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit @Grass_Media
Fixed (adjectiva) : tetap, menetap.
Kehidupan teratur yang di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naima Oliviera
Galvin mencabut chargernya. Tanpa sadar, ia memeluk ponsel lamanya itu layaknya teman lama yang sudah sekian tahun tidak berjumpa. Lagi, satu hal yang Galvin sukai dari Arjun; pria itu tidak kepo. Terbukti dengan ponsel Galvin yang kehabisan baterai dan membuat ponsel itu blank untuk beberapa saat karena kebanyakan pesan.
Galvin menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan kaca. Okey, pakaiannya sudah pas. Tidak terlalu aneh untuknya pergi ke kampus hari ini. Galvin menghela napas, meraih ponsel barunya dan mengirim pesan ke Giandra bahwa ia akan segera ke kampus.
Giandra : Apa gue jemput aja? Belia nggak bisa jemput, kan?
Galvin : Aku bisa ke kampus sendiri, Gian.
Giandra : Why? That total super jerk dinkle sphlat is still home?
Galvin : Total-what even is that? Aku bisa ke sana sendiri, oke. See you xx
Galvin memasukkan ponselnya ke dalam tas selempangnya, memastikan tidak ada yang tertinggal. Dompet, kartu-kartu, kamera, dan ponsel sudah aman di dalam tas. Ia menjinjing tasnya keluar kamar, saat bel apartemen berbunyi.
Galvin merapalkan segala doa dalam hati, agar siapapun yang menekan bel pintu bukan Arjun. Ia sudah sampai di pintu. Mengintip siapa yang bertamu melalui peep hole. Memang bukan Arjun.
Parahnya, itu Kalina.
Astaga!
Galvin mengetik pesan singkat pada Giandra sebelum membuka pintu.
Galvin : Gonna be late, sorry. Xx
**
Wanita seusia Galvin itu tak henti mengoceh sejak kedatangannya di apartemen ini. Kalina Pragya-Rahadi, wanita yang mengaku menjadi penanggung jawab atas kejutan gagal itu bahkan mulai terisak, memohon maaf pada Galvin atas gagalnya acara ulang tahun Galvin minggu lalu.
"Hey, kamu udah cerita soal ini kemarin, Kal. Dan Arjun udah jelasin juga. Nggak pa-pa. Itu udah berlalu kok." Galvin menyela. Berkali-kali pandangannya tertoleh pada jam di atas meja sudut ruang tamu.
Oh, ayolah, kapan adik Arjun ini pulang?
"Tapi kalian udah baikan, kan?"
"Udah. Lain kali jangan lakuin itu lagi, okay? You know I hate something unprepared. I don't really like surprise or stuff like that. Kalian semua tahu. Aku juga udah bukan remaja yang akan selalu semangat saat ulang tahunnya tiba, Kal."
Di sela isaknya, Kalinya mengernyit. Dalah hati ia menerka siapa sebenarnya sosok wanita di depannya ini karena Galvin yang ia kenal tidak terdengar seperti Galvin di depannya.