BAB 51 ; It's Just R

4K 340 58
                                    


HALO SEMUANYAAA

Kangen sama siapa ini?

It's just R

Iris biru itu melirik jam di atas nakas kamarnya, sebelum kembali menatap layar ponselnya. Still nothing. Delapan jam berlalu sejak panggilannya dimatikan secara tidak adil oleh si photographer kesayangannya itu. Giandra menghela napas. Ia kemudian beranjak dari tidurnya. Diraihnya dua botol bir yang sejak semalam menjadi temannya.

Galvin Sanabia Ladera, lo bakalan nyesel karena udah giniin gue! batin Giandra, mengutuk wanita yang setengah mati dirindukannya itu.

Di sofa ruang tamu rumah kostnya, Giandra kembali merebahkan tubuhnya. Pikiran lelaki itu tidak tenang. Galvin pasti sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Namun, ia tetap tidak menyukai cara Galvin yang tidak memberinya kabar sama sekali. Puluhan pesan yang dikirimkannya sejak semalam, hanya ceklis dua—sama sekali tidak ditanggapi.

Pun dengan panggilannya. Giandra beringsut duduk. Ia meraih botol birnya, dan menenggak isinya hingga habis. Ini sudah botol ke-12 dalam delapan jam yang begitu menyiksa.

"Fuck!" Giandra mengumpat. Dilemparkannya botol bir kosong dalam genggamannya ke arah pintu. Seolah hal itu bisa membuatnya lega, barang sedikitpun. Tapi, yang ada malah lelaki itu bertambah panik oleh suara pecahan kaca.

Kan, geblek banget.

Giandra mendengkus, menyeret langkahnya ke arah pintu. Diraihnya kotak bekas pizza kemarin sebagai wadah untuk pecahan kaca. Serampangan si iris biru itu memunguti pecahan botol. Saat pintu rumah kostnya diketuk.

Gerakan serampangan itu berhenti. Ditatapnya benda persegi panjang di depannya itu dengan kesal. Mengumpat siapapun itu nanti tamunya di dalam hati, Giandra membuka pintu itu dengan kasar.

Mood-nya sama sekali tidak bisa dikondisikan. Giandra benar-benar akan menyembur tamunya pagi ini.

"For the God's sake—"

Dan, umpatannya terhenti, menguap bersama segala mood buruknya semalaman ini. Manakala iris cokelat gelap itu menatapnya sendu. Giandra membatu beberapa detik. Diamatinya wanita yang terlihat berantakan di depannya.

Galvin Sanabia Ladera, berdiri ketakutan menatap si iris biru. Wanita yang masih mengenakan piyama itu memeluk Giandra begitu saja, menumpahkan tangisnya.

Giandra masih terdiam. Meskipun begitu disambutnya rengkuhan sang wanita kesayangan, dan diciuminya puncak kepala Galvin. Diusapnya punggung wanita yang ia rindu itu.

"Nggak pa-pa. Gue di sini," ucap Giandra pelan.

Galvin masih terisak dalam rengkuhan Giandra. Pelan, si photographer itu mengangguk. Galvin hendak melepaskan rengkujannya, namun Giandra malah mengeratkan pelukan.

Lelaki itu lantas membawa Galvin masuk sambil masih merengkuh sang wanita. Ciuman hangat kembali didaratkan Giandra pada puncak kepala Galvin. Diarahkannya Galvin agar duduk di sofa, sementara Giandra berlutut di depan si manik cokelat gelap. Dirangkumnya wajah sendu wanita itu, Giandra kembali mencoba menenangkan.

"Hey," lirih Giandra, "It's okay, gue di sini."

Galvin, masih sambil menangis, mengangguk.

"Lo selalu punya gue, okey?"

Lagi, Galvin mengangguk.

Giandra memaksakan senyum hangat. "Lo udah lakuin hal yang bener, Vanilla."

Kali ini, Galvin hanya menatap Giandra, lama. Wanita itu bahkan tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Ia sudah selingkuh, dan sudah jelas itu bukan hal yang benar. Ia meninggalkan Arjun yang selama ini menjaga dan memenuhi segala keinginannya, pun bukan hal yang benar.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang