BAB 38
Solo tu me conoces tan bien
Arjun mengulurkan botol berisi air mineral pada Galvin. Wanitanya itu duduk di jok belakang mobil dengan pintu yang terbuka. Mereka sudah keluar dari area pemakaman. Keduanya berada di tepi jalan di depan pemakaman.
Galvin mendongak, menerima uluran air minum itu, "Thanks." ucapnya.
"Mau pakai sedotan?" Arjun menawarkan. Diulurkannya sedotan putih pada wanitanya.
Galvin menghela napas sebelum menerima sedotan itu. Membuka tutup botol, wanita itu lantas minum, membasahi kerongkongannya yang mengering.
"Galv, seriously, you have to try to heal what hurt you. Or you gonna bleed at the things who didn't cut you." Arjun berlutut di depan Galvin, mengusap peluh di kening wanita di depannya itu.
Galvin menyudahi minumnya. Menutup botol dan meletakkan benda itu di sampingnya, ia lalu menjawab, "They took a lot of from me, Ar. Mimpi aku, masa remaja aku, harga diri, banyak."
"Tapi kamu toh akhirnya kamu tetap bisa sekolah di SMA favorit itu, kan? Mungkin ibu panti kamu memang sesayang itu sama kamu, dia gak mau—"
"Well, mungkin dia cuma gak pengen ditinggal sama anak asuhnya, which is itu menghambat mimpiku buat dapat pendidikan yang layak."
"Lalu kamu kabur dari panti, bikin ibu panti kamu khawatir. Sialnya kamu malah ditemukan sama another ibu yang juga akhirnya kamu benci? Ibu Oliv, pemilik bar itu juga sebenarnya baik. Semua ibu itu baik, entah itu ibu kandung atau bukan."
"Tau darimana kamu? Ar, nggak semua anak seberuntung kamu. Dan nggak semua ibu, sebaik mama kamu." Galvin menyahuti, menatap kesal sorot sendu di depannya.
Arjun menghela udara. Mengangguk, memilih menyetujui ucapan Galvin barusan. Lelaki itu mengulas senyum tipis, mendorong tubuh Galvin mundur agar ia bisa ikut masuk ke dalam mobil. Ia membenarkan anak rambut Galvin, "Aku nggak tahu ini bakal kedengaran kayak gimana buat kamu, tapi aku bener-bener berterima kasih sama mereka. Sama Bu Oliv yang malam itu ngebiarin kamu tidur di luar. Sama Bu Sabrina yang ngizinin keluargaku ngadopsi kamu. Aku nggak tahu akan ada di mana sekarang kalau kecelakaan itu nggak terjadi."
Galvin tersenyum hangat, mengusap pipi Arjun. "Ya, satu-satunya hal yang aku syukuri dari mereka cuma kecelakaan itu. Karena kalau hal itu nggak terjadi, aku pasti sekarang masih di bar sialan itu. Tempat di mana kamu nggak akan mungkin menginjakkan kaki di sana, kan?"
"Solo tu me conoces tan bien." (cuma kamu yang begitu tahu tentangku)
"What language even is that?" Galvin terkekeh, merangkum wajah pria di depannya.
"Spanish."
"Dan artinya?"
Arjun menyeringai, mendekatkan wajahnya pada wajah Galvin, berbisik, "You kiss me four times, I'll tell you the meaning."
Galvin merotasikan bola mata, "Kayaknya aku nggak perlu tahu." jawabnya.
Arjun reflek tertawa, "Cuma kamu yang begitu tahu tentang aku." ucap Arjun setelah tawanya lenyap. Ia menghela napas, "Jadi, kita ke rumah Belia sekarang?"
"Huh?"
"Tadi kamu bilang pengen diantar ke rumah Belia. Kenapa? Kamu takut aku akan makan kamu semalaman kayak pas itu?"
Entah hanya Galvin, atau memang Arjun memasang raut mengejek yang berlebihan. Namun, pria itupun begitu mengetahui isi kepala Galvin.
"Apaan, sih!" Galvin mendorong wajah tampan Arjun yang terarah padanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixed
Romance18++ (Revisi) Jangan berekspektasi lebih. 27 September 2019 - 23 September 2020(tanggal tamat) Naskah ini saya repost untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit @Grass_Media Fixed (adjectiva) : tetap, menetap. Kehidupan teratur yang di...