BAB 17 ; Meet, Vanilla

5.6K 447 29
                                    

Jangan lupa vote yaa.. Dan jangan julid ke Pak Arjun 

 Dan jangan julid ke Pak Arjun 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Motor sport Giandra berhenti di sebuah rumah di pinggir kota. Lelaki itu berbohong, mengatakan akan membeli helm di perjalanan namun nyatanya, dari Galvina Studio ke arah timur 38 kilometer jauhnya hanya mengenakan snapback.

"Ini rumah kamu?" tanya Galvin setelah melepas helm yang ia pakai. Wanita itu kemudian menuruni motor dengan bantuan Giandra.

"Iya. Ayo!" Lagi, Giandra mengulurkan tangannya.

Galvin menatap ragu pada bangunan dua lantai yang terlihat beda dari rumah-rumah di sekitarnya. Bangunan bergaya klasik Inggris itu memiliki halaman yang lebih luas dibandingkan dengan rumah di depannya. Ada dua pohon rindang di halaman dan beraneka ragam bunga anggrek.

Karena tidak kunjung ada respon, Giandra menarik tangan Galvin dan mengajak wanita itu masuk ke rumahnya.

"Bentar-bentar, Gi. Emangnya nggak pa-pa aku ke—"

"Nggak pa-pa." Giandra sudah meraih kenop pintu dapur. Masih sambil menarik lengan Galvin, lelaki itu lantas mengajak tamunya bergabung dengan dua orang di dapur. Mama dan papanya.

"Malam, Ma." sapa Giandra, membuahkan tolehan dari wanita berambut pixie yang sedang mencuci sayuran.

"Oh, kamu udah pulang?" Mama Giandra menyahuti. Buru-buru wanita paruh baya itu mengelap tangannya yang basah dan menghampiri Giandra.

Galvin mengulas senyum ramah. "Selamat malam, Tante." sapanya sembari mencium tangan Mama Giandra.

"Malam." Itu suara papa Giandra yang sedari tadi sibuk memanggang sosis, lalu menoleh saat mendengar suara Galvin. Pria berambut blonde itu pun menghampiri Giandra.

"Malam, Om." Galvin lantas mencium tangan papa Giandra.

"Ehm... Kenalin, ini mama sama papa gue." Giandra menunjuk sang mama, "Tasha Sienaya," lalu menunjuk sang papa, "Roni Sienaya."

Kedua orang tua Giandra tersenyum ramah. "Dan kamu....?"

"Saya Vanilla, Om." jawab Galvin.

"Vanilla. What a beautiful name." puji Tasha.

"Makasih, Tante." Galvin balas tersenyum ramah.

"Ocha, panggil Tante Ocha aja."

"Iya, Tante Ocha. Eum... saya boleh bantuin masak?"

"No-no-no. Kamu tamu, sweety, makan malam udah hampir selesai, lebih baik kamu," Tasha menunjuk Giandra, "Antar Vanilla ini ganti baju, Gi."

Giandra mengangguk. Meskipun begitu, tatapan heran ia lemparkan untuk Galvin yang kini menolehnya. Keduanya lantas meninggalkan dapur dan naik ke lanta dua, pada kamar Giandra di ujung.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang