BAB 41 ; Missing Him

4.6K 455 87
                                        

BAB 41

Missing him

Galvin melambaikan tangan pada mobil Arjun. Ia baru saja diantar oleh pria itu ke rumah sakit untuk menjenguk Naima. Setelah memastikan mobil Arjun menjauh, Galvin mengeluarkan ponsel barunya, mengecek apakah sudah ada balasan dari Giandra. Namun, jangankan dibalas, pesannya dilihatpun tidak. Galvin menggigit bibir bawahnya, memberanikan diri untuk menelepon Giandra.

Nomor yang anda tuju, sedang diluar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi. The number

"Kok mati, sih!" gumamnya.

Sembari berjalan memasuki rumah sakit, ia lalu menelpon Belia. Kemungkinan adik-adikannya itu tahu sesuatu. Namun sial dua kali, nomor Belia sedang sibuk. Ia ingin lanjut menelepon Ben, namun tidak memiliki nomor kekasih Belia itu.

Galvin sudah sampai di lobbi rumah sakit, saat sebuah panggilan menghentikan langkahnya. Rizky dan Naima sedang berdiri di bagian administrasi. Galvin pun segera menghampiri keduanya.

"Kok udah balik?" tanya Galvin seraya memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Naima udah enakan kok, Mbak." jawab Naima. Oh, baiklah. Wajah gadis itu sudah tidak pucat lagi. Mungkin memang sudah lebih baik.

"Syukurlah." Galvin mengulas senyum hangat, "Eum... Riz, do you mind if I—"

Rizky mengernyit dan menyela, "Mbak mau ngomong sama Naima? Silakan aja, pokok jangan godain pacar Rizky." Lalu, lelaki itu mengerucutkan bibir.

"Astaga, Beib!" Naima memukul pelan lengan Rizky.

***

Lelaki itu belum beranjak dari tempatnya sejak dua hari yang lalu. Pandangannya masih terpaku pada sosok pria tambun yang tengah terbaring di atas brankar dengan beberapa alat bantu medis menempel pada tubuhnya. Giandra, mendongak menatap siapa gerangan yang baru saja mengusap bahunya. Rena datang bersama Matt. Seperti kemarin, pasangan yang baru menikah itu membawa beberapa makanan dan buah-buahan.

"Kamu perlu istirahat, Giandra." ujar Rena seraya meletakkan barang bawaannya ke atas meja.

"Aku sama Rena bisa gantiin jaga papa kamu."

Giandra hanya menggeleng, kembali menatap sang ayah yang belum sadarkan diri. Dua hari yang lalu, Giandra mendapat telepon dari Rena. Sepupunya itu mengabarkan bahwa papa Giandra mengalami serangan jantung dan sudah dibawa ke rumah sakit di kota tempat tinggal Rena.

Rombongan keluarga besar Giandra baru saja pulang dari liburan di Korea. Mungkin karena kelelahan, papa Giandra mengalami serangan jantung setibanya di rumah nenek Giandra.

"Kamu belum mandi juga, Giandra. Serius deh, kamu harus mandi."

"Ren, sebenarnya kalian di Korea ngapain aja sih?" Giandra menoleh sepupunya yang duduk di pinggir brankar, "kenapa papa bisa sampai drop?"

"Ya liburan, Gian. Visiting places we have to visit when we're in Korea. That's it." jawab Rena.

Giandra melengos. Tatapannya turun pada ubin rumah sakit. Sedikit melirik penampilannya yang masih sama seperti dua hari yang lalu. Ya, Rena benar. Dia harus mandi.

"Oke, gue balik dulu buat mandi sama nengok mama. Kalian nggak keberatan, kan?" tanya Giandra. Menoleh pada Matt yang masih berdiri di sebalahnya, Giandra lalu beranjak dari duduk.

"Tentu aja enggak. Rena mengambil kursi yang tadi ditempati Giandra. Kemudian, wanita itu mengulurkan ponsel di atas meja pada Giandra. "Jangan lupa di-charge. Mama kamu butuh dikabarin. Dia di rumah juga kurang enak badan."

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang