BAB 9 ; Shoot Me

12.2K 430 5
                                    

BAB 9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shoot Me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shoot Me

Hangat sinar mentari pukul sembilan pagi menelusup ke dalam sebuah mobil SUV hitam yang sedang berhenti di depan Galvina studio. Si pengemudi lantas mengenakan kaca mata hitamnya. Menoleh ke samping, pria dengan setelan navi itu mengulurkan sebuah kotak berlogo smartphone terkenal pada wanita dengan hoodie ungu tua di sampingnya.

"Buat kamu," ucap pria itu seraya mengulas senyum hangat. Wanita di sampingnya terbengong beberapa detik, menatap kotak itu dan sang pria bergantian.

Galvin, wanita dibalik hoodie ungu tua itu tidak bodoh. Kotak yang diulurkan kekasihnya itu adalah ponsel pintar keluaran terbaru dengan harga fantastis.

"I'm sure, my phone is still working," kata Galvin. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku hoodienya. "I don't need a new one."

"Tapi, aku pingin kamu punya ini." Arjun berkata tidak sabar. Satu tangannya menarik tangan kanan wanitanya dan menyerahkan kotak itu pada Galvin. "You deserve this."

"Because of last night?"

Arjun tersenyum hangat, menatap wanita cemberut di sampingnya dengan raut jenaka. "Last night was awesome. Tapi ini bukan karena itu, Babe. Karena kamu layak dapat yang paling baik di dunia ini."

"Ar..." Galvin merengek.

"It's just a phone. C'mon." Arjun berujar tidak sabar.

Mendorong kembali kotak itu kepada si pemberi, Galvin berkata pelan, "Aku nggak bisa nerima ini. Ini berlebihan. Hp yang tahun lalu kamu beliin aja masih awet—"

"Kamu akan nerima ini," Arjun meletakkan kotak itu pada pangkuan Galvin, "Atau kamu akan kembali melenguh di dalam mobil ini," lanjutnya.

"Aku—Oke," putus Galvin. Mengambil kotak itu dari pangkuannya, ia lantas memasukkan benda mahal itu ke dalam sling bag besarnya, "Kamu nggak bisa ya, nggak usah ngancem?" Galvin menggerutu seraya menyembunyikan kepalanya di balik kupluk hoodie yang ia pakai.

Arjun hanya tersenyum tipis. Mendaratkan kecupan singkat pada kening wanitanya itu. "I'll see you at lunch? JapFood again?"

"Oke." Galvin lantas menuruni mobil. Meraih sling bag dan menyeret langkah memasuki Galvina Studio. Ia sungguh masih ingin bersembunyi di balik selimut di kamarnya. Semalaman ia tidak tidur dan terus melenguh hingga pukul empat pagi tadi. Selangkangannya yang terasa sakit, membuat langkahnya menjadi berat.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang