BAB 32 ; Why Are You Doing This?

5.2K 463 99
                                    

Pak Arjun.. Kamu hensom banget

 Kamu hensom banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Giandra menepikan mobilnya di depan sebuah butik tak jauh dari apartemen Galvin. Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Setelah berdansa di club tadi, ia mengajak Galvin untuk mengindahkan undangan makan bersama Ben dan Belia di rumah dua lovebird itu.

Giandra menghela napas, mengusap pipi wanita yang sedang terlelap di kursi penumpang sampingnya. Galvin mengerjap, mengusap kedua matanya. Ia lalu menoleh pada Giandra yang memberinya senyum hangat.

"Kita udah sampai." ucap Giandra. Sungguh terdengar tidak rela di telinga Galvin.

"Di butik yang tadi aku sebutin, kan?"

Giandra menunjuk bangunan yang dimaksud Galvin, "As your wish, my favorit dance teacher." jawabnya, menaiktutunkan alisnya.

Galvin tersenyum. Ia menunduk karena merasa malu. Memang tadi Galvin begitu banyak mengajari Giandra berdansa. Galvin mendongak saat Giandra menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Keduanya saling bertatapan dalam diam. Cukup lama, hingga Giandra ...

"Can I see you tomorrow?"

"Of course you can."

"How?" Giandra tersenyum tipis, "gue yakin, Arjun nggak bakalan kasih ijin lo pergi."

"I'll find a way out. Even if i have to jump from the window."

Giandra melebarkan senyum, "Or maybe gue bisa pura-pura jadi tukang service, trus bantu lo kabur?"

Galvin terkekeh ringan, "sounds a good idea. Try it."

Keduanya tertawa beberapa saat. Hingga lagi-lagi, Giandra berujar, "Gimana kalau gue kangen sama lo? Gimana kalau gue nggak bisa tidur tanpa meluk lo?"

Galvin tersenyum hangat. Mengusap kedua pipi Giandra, ia menjawab, "kalau gitu aku juga nggak akan bisa tidur."

Senyum Galvin menular pada Giandra. "Jangan biarin dia seenaknya sama lo lagi, okay? Lo punya segala hak buat ngelawan, lo manusia bukan tumbuhan yang bisa seenaknya dia tali pakai kawat. Janji sama gue."

"Aku janji. Aku nggak akan biarin dia ngapa-ngapain aku." Galvin meraih satu tangan Giandra, lalu menciumnya singkat, membawa tangan hangat lelaki itu untuk mengusap pipinya. "Kamu juga jangan nakal kalau nggak ada aku."

"Gue nakal gimana coba?" Giandra terkekeh geli, "lucu deh lihat lo kayak cemburu gini." Tangan Giandra pada pipi Galvin beralih mengusap puncak kepala wanita itu.

"Aku nggak kayak cemburu, Gian. Aku cemburu beneran kalau kamu nakal sama yang lain." Galvin mengembungkan kedua pipinya.

"Nggak akan, gue janji. Lo beneran nggak mau dianter sampai depan apartemen aja?" Giandra meraih tas Galvin di jok belakang, memberikannya pada si empu.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang