BAB 14 ; Jealousy - Part 2

6.5K 435 41
                                    


BAB 14;  Jealousy 2

Saat Galvin sampai di Japfood—seperti pesan yang dikirimkan Belia—lambaian hangat diterima wanita itu dari tiga cewek di tengah restoran. Dua di antaranya Galvin mengenalnya, Belia dan si imut yang duduk di depan Giandra tadi. Satu lagi, masih sedikit asing. Meskipun begitu, Galvin mengakui kecantikan dari si rambut pirang yang duduk di samping Rizky itu.

Galvin balas melambaikan tangan, menyeret langkahnya ke meja kasir untuk mengatakan pada May agar membungkuskan takoyaki dan okonomiyaki untuknya, semantara ia akan mengunjungi meja penuh muda mudi itu. Oke, Galvin menghela udara. Mengatakan pada Belia dan yang lain jika ia tidak bisa ikut hang out dengan alasan banyak pekerjaan, terdengar lebih baik daripada mengalami situasi canggung jika ikut hang out bersama remaja di meja itu.

"Hai," sapa Galvin ramah. Para penghuni meja nomor 7 itu menoleh padanya, Ben bahkan mengangkat bokongnya dan menggeser kursi untuk Galvin karena kursi lainnya sudah penuh. "Eh, nggak usah, Ben. Aku rasa, aku nggak bisa ikutan hang ou, deh. Ada banyak banget yang harus aku kerjain," tutur wanita yang mulai mendorong bahu Ben agar kembali duduk.

"Yaahh... kok gitu, Mbak?" Itu suara Rizky dan Belia secara bersamaan, membuahkan tolehan dari Ben, Giandra, dan gadis blonde di samping Rizky.

"Padahal Rizky mau ngenalin Mbak Galvin sama Naima," sambung Rizky sambil merengkuh singkat gadis pirang di sampingnya.

"Hai, Naima." sapa Galvin, mengulas senyum ramah.

"Hai." Naima menyahut, membalas senyum Galvin tak kalah ramah.

"Mungkin lain kali kita bisa hang out? Aku bener-bener banyak kerjaan. But, aku udah bilang sama kasir Japfood, semua yang kalian pesan, it's all free." Galvin masih menampilkan senyum ramah. "Buat Rizky dan Naima."

"Whaatttt?!?!" Itu pekikan tidak terima dari Belia, Ben, dan Rizky, membuat Giandra menutup kedua telinganya atas suara serempak itu.

"Mbak, ini nggak adil." Belia berbicara seraya beranjak dari duduknya. "Si tukang perintah ini tadi siang yang janji nraktir. Dan mbak gantiin bayarin karena Rizky jadian sama Naima? Mbak, kenapa kita baru kenaaaalll? Kenapa nggak dari dulu, aku sama Ben jadian kita kenalnya?" rengek Belia.

Ben menahan senyum sebelum menarik lengan Belia agar kembali terduduk. Lain Ben, lain pula dengan Rizky yang mencibir Belia. Pun dengan Galvin yang malah tergelak.

"Really, guys. I gotta go. Have fun!" ujar Galvin setelah tawanya surut. Wanita itu mengusap bahu Belia dan Ben bergantian. Kemudian, senyum hangatnya terurai untuk Rizky dan gadis sebelahnya. Saat tiba pandangannya pada si bule dan gadis imut di sampingnya, Galvin hanya tersenyum tipis seraya mengangguk, tanda pamit.

Iya, api itu mulai panas menyerang hatinya.

Maka, wanita banyak kerjaan yang mengambil alih tugas Rizky mentraktir teman-temannya itu memilih segera angkat kaki menuju takoyakinya di meja kasir, meninggalkan Japfood, beserta tiga pasang muda-mudi yang tak henti menatapnya hingga menghilang di balik pintu restoran.

"Aku gak percaya!" Naima berseru, "Aku barusan ngelihat malaikat?" Dia menepuk punggung Rizky.

"Dia cuma manusia, Naima." Rizky menyahuti.

"But, won't lie, she is an angel." Belia menyetujui ucapan Naima, "Maksudku, dia neraktir kita se—" Belia menggantungkan ucapannya, tangannya sibuk menghitung jumlah kepala di depannya, "Sebelas orang dengan menu segini banyaknya. Padahal yang jadian Rizky sama Naima."

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang