BAB 10 ; Truth or Share - Part 1

10.9K 389 5
                                    

BAB 10 ; Truth or Share Part 1

Perayaan ulang tahun Belia masih berlangsung. Kini, si sulung dari tiga sekawan itu datang dengan beberapa kotak makanan untuk dibagikan dengan kru Galvina.

"Thanks, Riz," ucap Galvin ketika si sulung—Rizky Bintara memberikan bagiannya.

"Sama-sama, Mbak. Itu khusus buat Mbak Galvin." sahut Rizky seraya tersenyum lebar.

"Oh, thank you so much kalau gitu." Galvin terkekeh ringan sebelum membuka kotak makanan yang diberikan Rizky. Maniknya menoleh pada si sulung yang berlalu darinya. Kemudian, ia menoleh pada beberapa kru Galvina Studio lainnya. Aroma masakan khas padang yang kental menyapa indera penciumannya.

Namun, ketika Galvin menunduk dan menatap menu makanan pada kotaknya, hatinya mencelos. Isinya adalah shabu-shabu yang setengah mati ingin ia makan.

Tanpa sadar, ia mengulas senyum bahagia. Seperti benar-benar bahagia, layaknya anak kecil yang mendapat hadiah impiannya. Tanpa Galvin ketahui, senyum bahagia itu pun menular pada orang di sekitarnya. Pada si sulung yang sedang membagikan kotak makan pada MUA. Juga pada si bungsu yang tengah bersandar pada kaca jendela sembari melahap pizza, makanan favoritnya.

***

Arjun : aku pulang agak malam. WTH Dylan Siegers ajak aku meninjau lokasi untuk proyek kami. You're gonna be okay? Aku akan bawain makan malam nanti. Tadi kamu jadi makan siang?

Galvin mengerucutkan bibirnya. Ia menoleh ke dalam studio sejenak, lalu brganti pada tanaman hidroponik di depannya. Menghela napas, ia membalas pesan Arjun.

Galvin : I'm fine. Aku udah makan, see you xx

Sebuah tepukan pelan pada punggungnya membuat ponsel di genggaman Galvin nyaris merosot dari tangan. Wanita yang masih mengenakan hoodie itu mengumpat dalam hati sebelum kepalanya tertoleh ke belakang.

Belia, berdiri sembari menyengir dan melambaikan tangan. "Mbak Galvin nggak pulang?" tanya gadis yang hari ini berulang tahun.

"Eum... nanti. Kenapa?"

"Ada acara, nggak?"

Galvin menoleh pada sofa besar tempatnya tadi pagi terlelap. Ia ingin segera tidur saja. Kemudian, si photographer itu menatap Belia yang memberinya raut penuh harap.

"Nggak ada, si—"

"Ikut yuk!" Gadisnya Ben itu menyela, "Belia adain makan-makan di kafe deket kampus. Nggak jauh kok dari sini. Mbak Galvin ikut, ya? Biar rame. Please..."

Jujur saja, Galvin tidak menyukai acara seperti yang disebutkan Belia. Ditambah, ia sudah gerah dan ingin segera melepas jumpernya, yang mana intinya ia ingin segera pulang. Namun, mengingat pesan Arjun yang mengatakan ia akan pulang malam, Galvin rasa tidak ada salahnya ikut ke acara Belia.

"Ya, Mbak? Ikut, ya? Please...."

"Tapi—" Raut puppy face gadis di depannya membuat Galvin mengangguk.

"Yasss!!"

"Aku kemas-kemas dulu, ya?"

"Oke, Mbak!"

***

Suasana kafe yang dimaksud Belia lumayan ramai. Pengunjungnya sudah dipastikan kebanyakan mahasiswa sama seperti Belia, Ben, Rizky, dan Giandra. Belia dan Ben lantas menuju meja kasir untuk mengambil booked number dan menu. Kemudian, dua sejoli itu menggiring Galvin dan yang lain menuju gazebo di halaman tengah kafe.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang