BAB 60 ; Random Talks (Garis-Galvin Rizky)

1.7K 265 76
                                    

Random Talks

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Random Talks

Rizky mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Namun, tak ada jawaban. Sudah setengah jam lebih ia berdiri sambil terus memanggil nama Galvin. Lelaki itu mulai gelisah. Segala pikiran tentang Galvin kabur, mendadak mampir. Yang paling buruk, Giandra tahu keberadaan Galvin di rumahnya.

"Ck! Kenapa tadi gue ngomong sama si bule coba?!"

Rizky mengomeli dirinya sendiri karena tadi di outlet ia sempat berbicara dengan Giandra. Teman baiknya itu luar biasa terlihat baik-baik saja. Tidak ada semburat sedih, terluka, atau bahkan penyesalan-tidak sedikit pun tampak Giandra Sienaya merasa kehilangan. Malah, si bule tadi menyinggung perihal tawaran menjadi model di sebuah majalah mode Asia yang diberikan Stalker PH.

Giandra juga tidak membahas apa pun perihal Galvin. Bahkan saat tadi Ben-entah sengaja atau tidak-bertanya di mana Galvin sekarang berada, Giandra menjawab singkat bahwa Galvin sedang butuh waktu.

Hal yang membuat Rizky semakin kesal dan memutuskan untuk lekas pulang saja. Meskipun begitu, si bocah bossy tahu bahwa Giandra menaruh curiga padanya. Bagaimanapun juga, ia, Ben, dan si bule berengsek sudah lama berteman. Sedikit saja gelagat aneh pasti terasa.

Seperti Ben yang sempat berbisik, mengatakan bahwa ia yakin Galvin tidak baik-baik saja-bahwa hubungan Galvin dan Giandra pasti sedang diterpa masalah.

Andai aja Ben tahu kalau si bule udah mencampakkan Mbak Galvin, gue yakin si bule udah babak belur dihajar Ben, belum lagi kalau Pak Arjun udah turun tangan. End of his life, Giandra. Ben pasti akan cerita ke Belia, dan Belia sudah pasti gak akan diam aja. Argh!!

Sejenak, Rizky menyesal mengapa tadi tidak jujur saja pada Ben. Toh, Ben dan Belia pasti akan ada di pihak Galvin. Namun, ada alasan lain yang membuat Rizky bungkam. Janji yang sudah ia berikan pada Galvin di malam yang sama saat Galvin menerima ajakannya tinggal bersama.

"Janji, kamu harus sembunyiin aku, Riz, ya? Jangan kasih tahu siapa pun kalau aku udah salah pilih, dan menyedihkan banget kayak gini. Hopeless pregnant mom."

Rizky kembali mengetuk pintu rumahnya tidak sabar. Ia menaikkan suaranya memanggil Galvin. Hingga, tepukan ia rasakan keras mendarat di punggungnya.

Mati, kalau ini Giandra atau Ben!

"Bisa rusak pintu itu kalau kamu ketuknya kenceng gitu!"

Rizky menoleh. Helaan napas lega lolos. "Mbak Galvin darimana aja, sih? Daritadi dipanggil gak nyaut!"

Galvin, di sore yang sedikit mendung ini begitu terlihat bersinar. Setelan piyama oranye cerah yang beberapa hari lalu dibelikan Rizky, begitu pas pada tubuh ringkih Galvin.

Wanita di samping Rizky itu mengulurkan kotak berisi kurma yang baru dibelinya-kotak yang tadi ia pukulkan di punggung Rizky.

"Kurma? Mbak beli kurma? Kenapa gak chat Rizky aja, sih? Kan bisa Rizky beliin. Sumpah, ya, Rizky udah khawatir-"

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang