BAB 56 ; What About Love?

1.8K 284 96
                                    




What About Love?

"Itu bukan anak gue."

"Haha..." Galvin tertawa hambar, menanggapi sikap dingin Giandra yang belum berubah.

"Kenapa lo ketawa?" Lagi, suara itu begitu dingin terdengar di telinga Galvin. Oleh karenanya, Galvin kembali diam. Mendongak, menatap iris biru yang kini menatapnya tajam Galvin menghela udara.

"Giandra, kamu bercanda, kan?" lirihnya.

"Kalau kehamilan lo adalah sebuah lelucon, ya gue bercanda. Tapi kalau itu serius, then no. I am not joking."

"But what's the problem? It's your—"

"It's not-my baby." Giandra menyela, meraih tangan Galvin yang terarah pada pipinya.

Galvin menggeleng, tak percaya pada tanggapan lelaki di depannya. "Why are you so mean?"

"Galvin, gak ada buktinya kalau ini," Giandra melirik perut Galvin, "adalah anak gue."

Iris cokelat gelap itu membelalak sempurna. Senyum miris terukir di wajah yang masih terlihat pucat itu. "Ini anak kamu, Giandra Sienaya!" tegas Galvin.

"Oh ya? Lo bisa kasih gue jaminan apa, kalau yang ada di dalam perut lo adalah anak gue?"

"Karena aku hanya ngelakuin itu sama kamu!"

Giandra mundur satu langkah mendengar bentakan Galvin. Sumpah demi apa pun, si bule model clothing line ini mencintai Galvin dan ingin menghabiskan sisa umurnya dengan photographer kesayangannya itu. Namun, memiliki buah hati dengan wanita yang enam tahun lebih dewasa darinya, sama sekali tidak ada dalam rencananya—belum ada. Terlebih di usia Giandra yang baru sebulan menapaki angka dua puluh.

Tidak. Giandra tidak bisa menjadi ayah di usianya yang masih muda. Jadi, meski kejam, ia akan tetap melakukan ini. Memukul Galvin mundur, meski tahu itu akan membuatnya ikut hancur.

Iris biru itu menyipit. Menggeleng, Giandra menimpali, "I don't know somehow I can't believe that."

"Giandra! Ini sama sekali gak lucu! Ya, aku tinggal sama Arjun selama empat minggu terakhir. Tapi gak, aku sama dia gak ngelakuin apa pun itu seperti yang kita lakuin bulan lalu. Kamu ingat? Di kamar mandi rumah kamu!" bentak Galvin.

Whoah! This is new. Giandra membatin, dalam hati sangat menyukai Vanilla-nya yang sedang berapi-api seperti ini. Ya, Giandra ingat panas bara api yang membakarnya di bawah guyuran air shower rumahnya bulan lalu. Namun, ia masih tidak bisa menerima kehadiran makhluk lain di tengah kemelut hidupnya saat ini.

Giandra masih berantakan. Dan, membawa makhluk kecil ke dalam hidupnya, bukanlah sebuah kebijaksanaan.

"Bisa aja lo lakuin itu sama Arjun, kan? Who knows?"

Plakk!!

Tamparan keras mendarat pada pipi kanan Giandra. Galvin balas menatapnya tajam. Dan, sumpah demi apa pun, Giandra menyukai versi lain wanita di depannya ini.

"What the fuck is wrong with you?! Why are you—"

"Denger, Galvin," Giandra menahan tangan Galvin yang siap terayun kembali menamparnya, "Ya itu mungkin aja anak gue. Ya gue sayang banget sama lo, gue pengen lo ada di deket gue, gue pengen lo terus milih gue. Tapi, bayi yang ada di dalam perut lo? Gue gak sanggup nerimanya."

Galvin menepis kasar tangan Giandra. Netranya masih tajam menatap lelaki yang baru ia tahu ternyata pengecut itu. "You are coward, aren't you?" ledeknya.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang