BAB 6
Suasana restoran Jepang itu—Japfood masih sepi ketika Galvin dan Arjun melangkah masuk. Seperti yang selalu disukai Galvin, Arjun akan mendorong pintu kaca JapFood, mempersilakan wanitanya itu masuk dengan gaya romantis; membungkuk dan mengulurkan tangannya.
"May, breakfast like always," seru Galvin pada May, salah satu pelayan Japfood. Gadis dengan beanie kelinci itu mengangguk seraya mengacungkan jempolnya.
Bangku ujung sisi kanan restoran ini adalah tepat favorit Galvin dan Arjun. Mereka sudah melesat pada kursi yang ditata memang untuk dua orang, menghadap langsung pada air mancur di sisi luar jendela kaca, tempat itu strategis karena memunggungi jalanan.
Galvin duduk bersebelahan dengan Arjun. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku celana bahannya. Sebuah kota persegi panjang. "For you," lirihnya.
"Arjun, serius, kamu nggak harus beliin aku apa-apa saat kamu ke luar negeri."
"But, it's nothing," sanggah Arjun. Tangan kirinya meraih tangan kanan Galvin, memaksa paras cantik di sampingnya itu untuk menerima pemberiannya.
"Nothing? Kalau ini isinya perhiasan lagi, akan aku kasihkan ke May," hardik Galvin. Perlahan, wanita itu membuka kotak di tangannya. Meskipun begitu, irisnya tak berpaling dari si tampan di hadapannya yang mengulas tersenyum hangat. Pandangan Arjun lantas turun sejenak pada kotak di tangan Galvin. Membuat Galvin ikut menunduk, "Atau kalau ini kunci mob—"
Kotak itu terbuka, dan...
"It's nothing," ujar Galvin. Kedua alisnya bertemu, menatap si aroma buah anggur yang sedang menahan senyum di depannya. "Why it's nothing here?" Galvin menunjukkan kekosongan kotak kecil itu pada Arjun dengan raut bingung yang menggemaskan.
"Seperti yang kamu mau, kan?" ujar Arjun lembut, mengusap pipi wanitanya. "Tapi, kalau kamu lihat lebih jelas, with your another eyes. Di kotak ini," Arjun menunjuk kotak kosong di tangan Galvin, "There's like a million kisses from me that I collected since the last time you kissed me. Three days ago," lanjut Arjun dengan nada serius.
Galvin meletakkan kotak berwarna hitam itu pada meja. Ia menatap Arjun dengan tatapan sulit ditebak. Jemarinya bergerak, menari pada pipi Arjun yang ditumbuhi bulu halus. Terasa geli menggelitik telapak tangannya. Berhenti pada bibir lelaki merah gelap lelaki itu.
"So... yang aku cium kotak with million kisses itu, atau ini?" bisik Galvin.
"You choose," balas Arjun tak kalah pelan sembari mengedipkan sebelah mata.
Bersamaan dengan Galvin yang hendak mendekatkan wajahnya, May datang dengan nampan berisi sarapan mereka: nasi putih dengan olahan ikan salmon dan sup miso.
"Itadakimasu!" seru May seraya membungkuk.
"Thank you, May. Tapi lain kali pakai bahasa Indonesia aja," jawab Arjun seraya menurunkan satu persatu mangkuk dari nampan.
"Bos Arjun! Kalau nggak gitu, gaji May dipotong," sahut May, mengambil kembali nampannya.
"Arigato, May-san." Galvin mengulas senyum ramah pada May.
"Nah, Galvin aja sekarang udah bisa bilang makasih, pakai Bahasa Jepang," cibir May.
"Aku dibesarin di India, May. Aku harusnya bilang—"
"Arjun, udah deh. Ayo kita makan," hardik Galvin, tidak ingin nafsu makannya lenyap karena mendengar Arjun berbicara Bahasa India.
Arjun mendengus, sedangkan May memilih berlalu dari meja pelanggannya itu. "Jadi, siapa teman yang kamu bilang nemenin kamu semalam?" tanya Arjun, teringat pesan singkat Galvin semalam tentang ada teman yang menginap di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixed
Romance18++ (Revisi) Jangan berekspektasi lebih. 27 September 2019 - 23 September 2020(tanggal tamat) Naskah ini saya repost untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit @Grass_Media Fixed (adjectiva) : tetap, menetap. Kehidupan teratur yang di...