BBA 53 ; Let's Kill this Restless

1.9K 295 41
                                    

PERHATIAN!!

PART KEMARIN SEPI.

AWAS AJA KALAU PART INI SEPI JUGA AKU KETEKIN PAKAI KETEK BUAYA!

SIAPIN SELIMUT, BANTAL, GULING, DAN TISU.

SIAPIN SELIMUT, BANTAL, GULING, DAN TISU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bTW, giMAna sAmA dAerAH kaLiYan?

CoRonA maSiH meLAndA? jAnGaN LuPa pAKAi mAsKeR yAA gAiSS

kAyaAK GiANDra TuHh!!



Let's Kill This Restless

Galvin menyudahi ceritanya saat merasa perutnya seperti diremas kuat. Wanita itu merintih, meringkuk sambil mencengkeram perutnya. Giandra otimatis langsung panik.

"Hey, lo kenapa?"

"Perutku sakit banget." Galvin menyahuti pelan.

"Kita ke rumah sakit?"

Gelengan didapat Giandra atas rasa khawatirnya. Galvin mencoba duduk masih sambil memegangi perutnya. Ia menatap Giandra dan meminta, "Kamu mau gak beliin aku pil pink seperti bulan lalu, sama pembalut. Kayaknya aku mau dapet, deh."

Bukannya merasa lega mengetahui penyebab sakit perut Galvin, Giandra malah kian panik.

"Udah, kita ke klinik aja. Deket sini ada kli—" Ucapan Giandra terjeda oleh panggilan ponselnya. Lelaki itu beringsut menuruni kasur dan mengambil gawainya.

Sebuah panggilan dari Rena. Giandra mengernyit sebelum menerima panggilan itu.

"Ya, Ren. Kenapa?"

Hening. Yang terdengar adalah suara isak tangis.

"Ren? Hey, lo kenapa?"

"Gian... Papa lo dibawa kena serangan jantung."

Hanya satu kalimat, dan Giandra seperti dihantam ombak besar. Pikirannya mendadak kalut. Menoleh pada Galvin di atas kasur yang menatapnya bingung, Giandra lalu meminta Rena mengirimkan alamat rumah sakit tempat papanya dirawat.

"Kita ke rumah sakit sekarang," ucap Giandra, meraih jaket dan kunci mobilnya.

"Gian, aku gak ap—"

"Please, Galvin. Here," Giandra mengulurkan jaketnya pada Galvin, "Pakai itu, ayo sekalian kita periksa."

"Gian, kamu belum tidur, dari semalam, kan? Dan ini—"

Melihat tatapan tidak ingin dibantah Giandra, Galvin memilih tidak melanjutkan ucapannya. Ia menurut, meraih jaket Giandra dan mengekor si bule. Ditahannya rasa perih pada perutnya. Wanita itu menggenggam erat lengan Giandra, berharap rasa sakitnya berkurang.

Dan, kecupan singkat yang didaratkan Giandra pada puncak kepalanya ibarat obat yang manjur. Belum lagi, rengkuhan yang diberikan si bule padanya ketika keduanya berjalan meninggalkan rumah.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang