BAB 23 ; No Rules

7.1K 459 79
                                    

Selamat menahan napas.

No Rules

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

No Rules

"Me too, my favorite half British boy."

Giandra tersenyum hangat, mengusap punggung si iris cokelat gelap, dan perlahan membuka pengait bra Galvin. Terciptalah pemandangan baru yang lebih indah. Jemari Giandra menelusuri dua bagian kenyal yang baru terbuka itu. Meremas pelan, membuahkan lenguhan tertahan yang seksi dalam sudut pandang Giandra.

"Now you got me fixed on your body, Vanilla."

"I love the way you calling me Vanilla."

Lagi, senyum hangat itu terbit di wajah Giandra. Lelaki itu masih memainkan gundukan kembar milik Galvin, saat Galvin kembali menyatukan bibir. Kali ini, keduanya sungguh sudah terbakar. Perlahan Giandra mengangkat tubuh Galvin, membaringkan tubuh wanita yang hanya berbalut celana dalam berwana nude itu ke atas sofa. Ia menindih Galvin, menghujani keseluruhan kulit wanita itu dengan ciuman selembut bulu yang menggelitik.

Giandra merangkak naik, mencumbu bibir Galvin yang mulai mendesah. Lelaki itu menatap Galvin, lama.

"You sure doing this?" bisik Giandra.

"Yeah, why? You don't want to this?"

"What? No... of course not. It's just... perut lo udah—"

"I'm fine. Just..." Galvin mengarahkan tangan Giandra pada bagian bawahnya yang masih tertutup kain.

Giandra menelan saliva. Tatapannya tak teralihkan dari iris Galvin yang menatapnya sayu. Oh, betapa Giandra suka tatapan sayu nan mendamba itu. Begitu... menggoda.

"Just what?" bisik Giandra, mendaratkan kecupan di telinga kanan Galvin.

"Just take this shit off, and make me scream your name." sahut Galvin, sungguh terdengar begitu mengundang.

Tanpa pikir panjang, Giandra menuruti perintah wanita itu. Dengan gerakan slow yang membuat Galvin menahan napas, saat kain berwarna nude itu dilepaskan oleh Giandra.

Setiap sentuhan, setiap kecupan, setiap hal kecil yang dilakukan pemilik iris biru itu, Galvin coba abadikan dalam memorinya, menandainya dengan warna cerah, dan akan ia sematkan pada bagian paling atas dalam memorinya.

Galvin memejamkan kedua mata, membatin, "This is the perfect birthday ever."

Berbeda dengan Galvin yang menikmati setiap sapuan lembut bibir si iris biru di sekujur tubuhnya. Giandra malah merasa resah. Jujur saja dan sudah jelas. Bahwa ini adalah pengalaman pertamanya sedemikian intim dan...

Gezz, what I'm supposed to do? Giandra benar-benar resah. Bagimana jika ia tidak bisa membuat 'Galvin' kenyang? Atau, bagaimana jika ia hanya bisa bertahan beberapa saat? Okey, Giandra, just do it like blue film you've ever watched.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang