BAB 33 ; You're Still The One

5K 433 87
                                    

Anggap aja ini piano yess. Dan kemarin ngga ada yg bener. Ada sih yg jawab hampir bener. Tp sayangnya pas aku post Q&A, aku udh ngetik lagunya, dan ngga jadi lagunya Anne & David. OMG.. Pak Arjun akan menye menye banget kalau nyanyi lagu itu.

Dan apa?
Pamer bojo?
Sumpah aku ngakak wkekeke
But thanks for answering my question ❤️❤️

Tau nggak sih, aku tuh lg ngefans banget sm castnya PAK ARJUN... SOALNYA DIA ADA AKTING 3SOME SAMA UJDKWHSLAJSKSJA AND HE'S SO DAMN HAWTTT GAISSSS

You’re Still The One

Galvin menutup mulutnya dengan kedua tangan, menatap pria di balik grand piano itu memainkan sebuah lagu. Galvin tidak tahu itu lagu tahun berapa karena ia belum pernah mendengarnya. Tapi lirik lagu itu begitu indah.

“Looks like we made it. Look how far we’ve come my baby. We mighta took the long way. We knew we’d get there someday. They said, ‘I bet they’ll never make it’, but just look at us holding on. We’re wtill together, still going strong.”

“You’re still the one I run to, the one that I belong to. You’re still the one I want for life. You’re still the one that I love, the only one I dream of. You’re still the one I kiss goodnight.”

“I’m so glad we made it. Look how far we’ve come my baby.”

Dan, lagu itu berakhir. Galvin menganga takjub melihat pria itu bernyanyi sembari memainkan piano. Dia sungguh tidak seperti Arjun Pragyatama yang selama ini Galvin kenal. Arjun sangat menjauhi hal berbau seni.

Dalam hidupnya, hanya ada pekerjaan, itu yang Galvin ketahui. Namun, siapa sangka, jemari pria itu tidak hanya pandai berada di atas keyboard laptop. Sepuluh jari itu pun piawai dalam memainkan tuts piano.

Di akhir instrumen, Galvin memberi tepuk tangan pada Arjun, membuat pria itu tersenyum hangat. Arjun menarik lengan Galvin, mengajak wanita itu ikut duduk di kursi.

“Aku nggak tahu kamu bisa main piano.” ucap Galvin, mengusap pipi Arjun.

Sembari memejamkan mata, Arjun menjawab, “I learn it for you.”

“For me? Why?”

Arjun baru akan menjawab, saat ponselnya berdering. Nama sang adik yang tertera di layar. Arjun menerima panggilan itu, lalu memberikan ponselnya pada Galvin.

“Kalina. Dia kangen banget sama kamu.” kata Arjun, mengangguk, memberi gestur pada Galvin untuk menjawab telepon Kalina sementara si pianis akan ke dapur.

“Ya, Kalina.”

Galviiinnn!!!” Astaga itu pekikan untuk apa? Galvin menjauhkan ponsel itu dari telinganya untuk beberapa saat.

“Kalina. Gimana kabar kamu?”

Wanita di seberang terdengar menangis. Meskipun begitu, ocehan terdengar setalah mengungkapkan terima kasih dan maaf pada Galvin. Ocehan tentang apa yang terjadi seminggu ini. Semuanya. Tentang ide birthday surprise, wedding proposal, dan segala hal yang gagal. Tentang Arjun yang tak beranjak dari mobilnya, berkeliling ke seluruh penjuru kota demi mencari keberadaan Galvin.

Iya, berawal dari drama yang berujung air mata.

Galvin bercucuran air mata, menatap Arjun yang baru saja keluar dari dapur, berdiri menatapnya dengan bingung. Diletakkannya kopi yang baru saja ia buat pada meja, Arjun menghambur memeluk Galvin. Diusapnya punggung wanita itu seraya menanyakan ada apa. Namun, Galvin malah kian terisak.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang