BAB 16 You Can Go Home With Me

5.8K 457 85
                                    

Ini sajen buat jomblo ya.. Jangan lupa vote... Biar aku syemangaatt
💞💞💞💞💞


BAB 16

You can go home with me?

"Access card? Buat apa?"

"You go home with me now, or you are not coming home tonight." desis Arjun. Rahangnya mengeras. Tangan kanannya terulur, meminta barang yang tadi ia sebutkan.

"Arjun, please..." Galvin merengek, memohon pada pria di depannya agar melunak.

"Access card, Galvin!!" Satu bentakan kembali lolos dari mulut Arjun.

Lagi, sebuah pertikaian terjadi di Galvina yang menjadi tontonan seisi studio. Beberapa kru dan pengunjung menyaksikan pertengkaran yang terjadi antara Galvin dan Arjun, dua orang yang selama ini terlihat akur dan selalu romantis.

Tak terkecuali Giandra, lelaki itu beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Celine, melihat bagaimana raut memelas Galvin saat memohon Arjun untuk tidak mengambil access card-nya. Juga saat Galvin menyeka air mata saat Arjun mengumpat dan mengatakan bahwa Galvin tidak tahu terima kasih. Rahang Giandra mengeras melihat wanita itu terisak dan terus memohon pada Arjun yang kini berbalik meninggalkan Galvin.

"Padahal setahu gue, selama hampir lima tahun kerja di Galvin, Galvin sama Pak Arjun itu akur terus, romantis terus, sampai kadang gue yang suka sama cewek aja pingin ngerebut Pak Arjun. Eh, dia bisa kayak asshole juga." celetuk Celine, membuahkan tolehan dari Giandra.

"Oh ya? Nggak pernah gitu, lo denger Arjun berperilaku kasar sama Galvin?"

Gelengan kepala Celine membuat Giandra mendengus dan kembali menoleh pada Galvin yang menghambur pada mobil SUV hitam Arjun yang hndak berlalu. Sungguh, hatinya merasa ngilu melihatnya. Ingin sekali Giandra menarik lengan Galvin, mengajak wanita itu masuk ke studio dan berhenti memohon pada si asshole.

Kerumunan penonton pertikaian itu bubar saat Galvin membalikkan tubuhnya, mlangkah lunglai memasuki Galvina Studio. Celine, Giandra, dan yang lainnya melesat ke tempat masing masing. Giandra menarik Celine ke meja rias untuk meminta cewek pecinta sesama jenis itu bergaya meriasnya seiring Galvin yang semakin mendekat.

Wanita photographer itu menyeka air mata di pipinya. Ia berjalan pada set yang tadi digunakan Belia, meraih tas selempangnya untuk mengambil ponsel. Ada satu pesan dari Belia. Ia membaca pesan adik-adikannya itu.

Belia : Mbak, aku lusa diajak Ben ke nikahan sepupu Gian. Nanti temenin aku ke butik, ya?

Senyum tipis terukir di wajah Galvin seraya membalas pesan itu. Baru saja ibu jarinya menekan tombol B pada keypad, pintu studio terbuka kasar, menampilkan sosok Arjun yang berdiri, menyapu isi studio dengan tatapan marah.

Galvin beranjak dari duduk, berniat menghampiri Arjun. Namun, pria yang kini menampilkan raut datar itu sudah lebih dulu menganyunkan kaki lebar-lebar ke arahnya. Rahangnya mengeras menatap sembab di wajah Galvin.

"Please, Arjun. Dua jam lagi, please, habis itu aku pulang. I beg you..." Galvin merengek.

"Give me you cellphone." perintah Arjun datar

"What? Untuk apa? Aku—"

"Just, give me this shit!" bentak Arjun seraya merebut ponsel di genggaman Galvin.

"Arjun, gimana kalau Kalina nanyain soal—"

"I don't fucking care about her, Galv!" Lagi, itu sebuah bentakan. Galvin sampai menunduk dan mundur selangkah. "Kamu lebih milih stay di studio, kan? Fine! Then stay dan membusuk aja di sini."

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang