BAB 7 ; Vanilla

14.3K 488 11
                                    




BAB 7

Pemotretan hari ini berlangsung cukup cepat. Selain karena seluruh kru hadir, juga karena outfit yang dikenakan Giandra tidak begitu banyak. Lelaki yang sudah kembali mengenakan sweatshirt dan celana straight itu menghela napas panjang. Mengacak rambutnya, ia mengambil duduk di kursi panjang dekat pintu. Galvin melirik keadaan sekitar. Aman, tidak ada yang mengawasinya.

Wanita itu lantas mendekati Giandra. Dengan ragu, ikut mengambil duduk di samping si iris biru.

"Hai." sapa Galvin.

"Oh, hai." sahut Giandra lalu mulai meneguk air dalam botol minum.

"So, kamu merasa lebih baik?"

Lelaki di samping Galvin itu hanya melirik dari ekor mata. Ibu jarinya lantas terangkat. Galvin mengangguk, menghela napas panjang. Ya Tuhan, jakun ini anak!

"Rizky masih di atas sama Ben. Buat upload katalog."

"Jadi..." Giandra menutup kembali botol minumnya, "Yang tadi itu cowok lo?"

Galvin hanya mengangguk. Helaan napas lolos dari mulutnya. Wanita itu menatap lekat-lekat lelaki di sisinya itu. Raut lelaki itu terlihat berbeda. Tidak seceria selama dua minggu terakhir Galvin mengenal Giandra. Lelaki ini seperti sedang bersusah payah melupakan sesuatu.

"Kamu baik-baik aja, Gian?" tanya Galvin akhirnya. Giandra masih menatap lurus ke depan. Pada refleksinya bersama Galvin di cermin besar di seberang mereka.

"Gue baik-baik aja. Lo sendiri?"

"Aku baik juga. Makasih semalam udah mampir di—"

"Tuh Rizky udah," sela Giandra. Lelaki itu buru-buru beranjak dari duduk, berjalan tergesa menuju temannya yang bossy dan menyebalkan namun ganteng karena punya lesung pipi yang baru turun dari lantai dua.

Galvin menghela napas menatap punggung lelaki itu. Padahal, tadinya ia ingin meminta maaf karena melupakan kehadiran Giandra begitu Arjun merentangkan tangan di halaman studio. Namun, sepertinya sang model sedang tidak bersemangat.

"Mbak Galv, Rizky balik dulu. Makasih buat hari ini." ucap Rizky sambil tersenyum sopan pada Galvin. "Eh, maksud Rizky, makasih buat—"

"Sama-sama, Rizky." sahut Galvin. Wanita itu menarik lepas ikatan rambutnya, menyibak rambut panjang itu dengan jemarinya. "Kalau butuh apa-apa, bilang aja. Kalau misal ada yang kurang soal katalognya, aku bisa perbaiki." Galvin berujar seraya mengumpulkan rambutnya menjadi satu dalam genggaman dan menyampirkan pada bahunya.

FUCK! Giandra mengumpat keras dalam hati. Ingatan sialannya kembali pada dini hari tadi, saat si empunya rambut panjang itu 'memaksa' dirinya untuk satu ranjang bersamanya.

"Rizky udah puas banget. Si jones sebelah Rizky ini jadi keliatan macho!" Rizky mengerling pada Giandra yang masih menampilkan raut masam.

Galvin hanya mengangguk. Seiring Rizky dan Giandra yang berangsur meninggalkan studio, Galvin kembali sibuk dengan ponselnya. Membalas pesan dari Arjun.

***

Pria itu mengucapkan terima kasih sekali lagi pada Dylan Rahatra Siegers setelah pemilik Grass Property itu membukakan pintu meeting untuknya.

"Untuk proyek selanjutnya, Grass Property pasti akan sering-sering merepotkan tim Pak Arjun." kata pria blasteran Jerman-Indonesia itu.

"Kapan saja, Pak." Arjun mengulas senyum ramah. "Terima kasih atas kesempatan kerjasama ini."

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang