BAB 49 ; The Hardest Thing

6.2K 435 98
                                    

Udah siap? Ini baru permulaan kenyesekan. Akan ada part yang jauh lebih nyesek dari ini... soo... here the perfect song for this night

kali aja ada yang lupa perpisahan kita, ini bisa dibaca ulang. setelah ini saya akan update :)

tissue, everyone?

The Hardest Thing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The Hardest Thing

Galvin mengucapkan terima kasih pada pelayan yang membukakan pintu restoran untuknya. Dipandanginya langit malam ini yang begitu suram untuk beberapa detik, sebelum ia melangkah menjauh dari JapFood. Ditemani pesan dari Giandra, Galvin memilih pulang dengan berjalan kaki saja.

Sesampainya di apartemen, Galvin dan Giandra masih saling berbalas pesan, membahas hal random yang cukup mengobati kerinduan Galvin pada si iris biru.

Giandra : Gue harus ikut meeting bareng Pak Gangga. Lo nggak apa gue tinggal?

Galvin : Iya. Aku mau mandi kalau gitu. Chit-chat again before sleep?

Giandra : Sure. Nanti kalau udah kelar, gue video call.

Galvin mengulas senyum, seolah Giandra ada di sini dan bisa melihatnya. Kemudian, wanita itu membalas pesan Giandra dengan emoji heart berwarna merah, mengunci layar ponsel dan meletakkan gawainya itu di dalam laci.

Berjalan menuju lemari, Galvin mengambil piyama, lalu segera menuju kamar mandi. Wanita itu kemudian mengikat rambutnya, menatap refleksi dirinya di dalam cermin.

"Berengsek kamu, Galv." makinya pada diri sendiri.

Selagi mulai membasuh tubuh, Galvin mulai memikirkan opsi tempat kerja lain jika saat itu tiba—saat Galvin akhirnya jujur pada Arjun. Tadi, Belia sempat memberinya kartu nama sebuah agensi model yang sedang membutuhkan seorang fotografer. Pun dengan Rizky yang beberapa hari lalu secara eksklusiv memintanya untuk menjadi fotografer tetap untuk clothing line miliknya.

Ya. Galvin bisa mulai dengan itu selagi mulai menata hidup barunya. Toh ia hanya akan menghidupi dirinya sendiri. Sekarang, ia harus memikirkan tempat tinggalnya setelah keluar dari apartemen ini. Tidak mungkin ia menumpang di rumah Giandra, kan?

**

"Kamu yang borong makanan di JapFood?" tanya Galvin pada Arjun dari ambang pintu. Wanita itu baru selesai mandi dan sudah merasa segar kembali. Tadinya, Galvin ingin segera menghempaskan tubuhnya di atas kasur setelah selesai mandi, dan membalas pesan Giandra.

Namun, sial, aroma nikmat makanan khas Jepang yang mampir di hidungnya membuat Galvin berbelok ke arah dapur. Ada banyak makanan lezat kesukaannya sudah tersaji di atas meja. Dan... jas dan tas kerja milik Arjun.

FixedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang