Sebelumnya, maaf banget empat hari engga up. Lagi kacau balai. Ehhe pdhal udh ngetik bnyak chapter. Kayanya tahun depan aku butuh asisten Wattpad deh ehhe. Kali aja kacau balai trus ngga bisa update. Biar ada yg update.kan
Yokk yg mau daftar.. Ngacyuungg
Terus... Eumm... Selamat hari sabtu..
Cupcake
Galvin menghela napas, menatap punggung Giandra yang menjauh. Pemuda yang mengenakan suit and tie hitam itu mengatakan ingin menemui sang mama di belakang.
Menghela napas, Galvin menatap ke sekeliling. Ia lalu mengeluarkan kameranya dari dalam tas. Seperti biasanya, membidik setiap momen yang menurutnya indah. Pada deretan kursi bersarung kain warna biru di sisi kanan halaman, pada untaian bunga, dan segala dekorasi pesta ini.
Hingga lensanya tak sengaja membidik lelaki yang sedang duduk di salah satu kursi paling ujung, di samping tempat souvenir.
Galvin menurunkan Nikon D850-nya, lalu menghampiri lelaki dengan raut murung itu. "Hai, Rizky." sapanya.
Si cowok murung mendongak, "Oh, hai, Mbak."
"Boleh duduk?" Galvin menunjuk kursi kosong di sebelah Rizky. Pemuda bossy itu mengangguk. "Kenapa murung?"
Rizky menggeleng lemah. Lelaki itu lalu meneguk bir di tangannya, meneguk hingga habis dan melempar kaleng bir tepat pada tempat sampah di depannya.
"Giandra di mana?"
"Nemuin mamanya. Kenapa nggak ngajak Naima?"
Rizky menoleh, "Dia nggak bisa bolos ngajar."
"She's a teacher?"
"No, just, a dance tutor. Dia latih dance buat anak SD." jawab Rizky, menyengir, menatap Galvin yang tersenyum.
"Keren. Aku suka dance. Sayang banget dia nggak bisa ikut, ya? Padahal kamu udah keliatan keren banget."
"Apa sih, Mbak. Jangan puji-puji Rizky. Rizky nggak mau jadi pecabikor."
"Pecah apa?!"
"Pecabikor. Perebut calon bini orang." jawab Rizky. Ia lalu menyengir dan mengulurkan cupcake pada Galvin. Hal yang langsung ditolak oleh Galvin. "Mbak, ini nggak ada santannya kok. I'm sure it using milk or fiber creme."
"Woah, I know. Aku nggak suka karen—"
"Dan di sini, di dalam pancake ini," Rizky menunjuk kue di tangannya itu seraya memasang raut sedih, "nggak ada kentang atau lontongnya, so you will not puke."
"First of all, it's a cupcake, not a pancake. Second, even the ghost now, cupcake nggak pakai lontong dan kentang sebagai ingredients, Riz. Third—"
"Just accept this, and eat, Mbak, please," sahut Rizky. Lagi, menampilkan raut sedih seraya meraih tangan Galvin dan memberikan kue itu pada si photographer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixed
عاطفية18++ (Revisi) Jangan berekspektasi lebih. 27 September 2019 - 23 September 2020(tanggal tamat) Naskah ini saya repost untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit @Grass_Media Fixed (adjectiva) : tetap, menetap. Kehidupan teratur yang di...