[2] : Indonesia

1.6K 138 109
                                    

Kalau ngikut target yang dari awal gue bikin, seharusnya, dipart ini semuanya sudah selesai. Tinggal satu part lagi buat epilog. Tapi entah kenapa, gue nggak srek aja gitu main langsung ke inti permasalahnya. Pengen ada babibubebo-nya biar nanti pas ending bakalan lebih greget. Dan sayangnya, agak melenceng. Ini sebenernya juga bonus buat kalian. Karena cerita ini sudah punya tempat dihati beberapa pengemar wkwk.

Thank youuuuuu:)

¤¤¤

Dua bulan setelahnya.

Selama itu pula, tidak ada suara yang saling menyapa melalui sambungan telepon, tak ada canda tawa dimalam hari, tak ada pesan singkat pembawa senyuman, tidak ada sapaan hangat, tak ada lagi cerita baru yang menarik.

Mereka sama-sama tidak saling menghubungi. Valeron tidak pernah lagi menelfon Hana, dan Hana tidak pernah menelfon Valeron. Sama-sama butuh waktu untuk berfikir.

Hape Valeron berdering. Ia yang sedang menonton TV, langsung bangkit untuk mengambil hapenya yang ada dimeja samping TV.

Rupanya Marselino menelfon.

Valerom kembali ke sofa, mengangkat telepon tersebut, "tumben, Sel, nelfon?"

"Lo harus pulang ke Indonesia,"

"Ngapain?"

"Ngapain?" Marselino bertanya balik.

"Iya, ngapain,"

"Ada suatu hal yang harus lo selesain disini. Dan lo sendiri yang bisa jelasin semuanya,"

Valeron menekuk alisnya, "emang kenapa?"

"Lo harus pulang," kata Marselino menjawab serius.

"Alasan apa gue pulang ke Indonesia?"

"Rumah lo disini!"

Valeron seolah tertampar dengan perkataan Marselino. Ia terdiam, memikirkan perkataan Marselino bahwa harus ada hal yang ia selesaikan. Tapi apa?

"Kuliah gua belum selesai," jawabnya datar.

"Gue tunggu lo besok malam di Bandara Adi Sutjipto." Kata Marselino langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Valeron mengangkat bahunya acuh tak acuh. Lalu kembali menyemili kacang yang sempat ia beli diminimarket.

¤¤¤¤

Sudah sore, tapi perkataan Marselino masih berputar-putar dikepalanya. Memangnya ada apa disana? Sampai-sampai Valeron harus pulang? Ada masalah apa?

Oh, iya.

Ia teringat. Valeron hanya tersenyum sinis. Lalu berusaha membuang jauh-jauh pikirannya mengenai perempuan yang tidak tau bagaimana kabarnya.

Hapenya berbunyi, Valeron mengambilnya.

"Valeron?" Aura dingin dan serius milik Alex terdengar ditelinganya.

Tak biasa suara Alex yang biasanya suka bercanda berubah serius seperti ini.

"Apaan?"

"Lo nggak balik ke Yogya?"

"Gak,"

"Lo harus pulang," sama seperti perkataan Marselino.

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang